Laman

Selasa, 02 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN “ PENYAKIT BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA”


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
“ PENYAKIT BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA”


OLEH:
MASTURA ADAMA
K.10.01.006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2012-2013






KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limapahan rahmat dan hidaya-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas KMB III yang membahas tentang ASKEP dengan gangguan sistem perkemihan penyakit Benigna Prostat Hiperplasia ini dapat terselesaikan sebelum waktu yang ditargetkan.
Ucapan terima kasih penulis haturkan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Suaib, S.Kep, Ns. Selaku dosen pembimbing mata kuliah KMB III ini yang telah memberikan tugas ini sebagai proses pembelajaran kepada seluruh mahasiswa keperawatan STIKES Mega Buana angkatan 2012.
Dalam penulisan ASKEP ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, maka dari itu, penulis bersedia menerima saran dan kritik yang membangun, guna perbaikan penyusunan tugas kedepannya.

                                                                        Palopo 28, september 2012
                                                                                         Penulis


                                                                                Mastura Adama





DAFTAR ISI
Kata Pengantar       ............................................................................................................................i
Daftar Isi          .....................................................................................................................................ii
BAB I TINJAUAN TEORITIS     ..................................................................................................1
A.      Pengertian          ........................................................................................................................1
B.      Etiologi         ................................................................................................................................2
C.      Manifestasi klinik        ............................................................................................................3
D.     Patofisiologi        .......................................................................................................................4
E.      Penyimpangan KDM       ......................................................................................................5
F.      Penatalaksanaan       ..............................................................................................................6
G.      Diagnosa         .............................................................................................................................7
H.     Intervensi        ............................................................................................................................8
BAB II TINJAUAN KASUS       ....................................................................................................9
A.      Pengkajian         .........................................................................................................................9
B.      Diagnosa         ..........................................................................................................................13
C.      Perencanaan        ..................................................................................................................14
D.     Implementasi       ..................................................................................................................17
E.      Evaluasi         ............................................................................................................................26
BAB III PENUTUP      ..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA        .............................................................................................................27




BAB I
TINJAUAN TEORI

A.       Pengertian.
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah masalah umum system genitorurinari pada pria dewasa yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel epitel dan khususnya jaringan stroma didalam kelenjar prostat (Lewis : 2000: 1553). Pengertian lain menurut Doengus (2000: 671) Benigna prostak hipeplasia adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat, secara umum pada pria berumur labih dari 50 tahun, dan menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius.
Menurut Smeltzer: (2001:1625) bahwa pengertian BPH yang lain adalah kondisi patologis yang umum pada pria lansia diatas 60 tahun dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutupi orifisium uretra.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Benigna Prostat Hiperplasia adalah kondisi patologis pada system genitorurinary dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran menyebabkan berbagai obstruksi berbagai uretra.









B.       Etiologi
Menurut Nursalam (2009:192), penyebab khusus hiperplasia prostat belum diketahui secara pasti, beberapa hipotesis mengatakan bahwa gangguan ini ada kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia adalah:
1.      Adanya perubahan keseimbangan hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut.
2.      Peran faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
3.      Meningkatkan lama hidup sel-sel prostat karena kekuarangan sel mati
4.      Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi foliperasi abnormal sel sterm sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
C.        Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari Benigna Prostat Hiperplasia menurut (Smeltzer dan Bare 2001:1625) adalah:
1.      Gejala obstruktif dan iriatif (prostatisme)
Mencakup peningkatan frekuensi berkemih, nokturia, dorongan ingin berkemih, anyang-anyangan, abdomen tegang, volume urine menurun dan harus mengejan jika ingin berkemih, aliran urine tidak lancar, dribbling (urine terus menetes setelah berkemih) rasa seperti kandung kemih tidak kosong dengan baik, retensi urin akut (bila lebih dari 60 ml urin tetap berada dalam kandung kemih setelah berkemih), kekambuhan infeksi saluran kemih
2.      Gejala lain yang mungkin ada
Gejalan lain yang juga mungkin tampak adalah keletihan, anoreksia, mual, muntah dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.
D.       Patofisiologi
Menurut Suharyanto (2009:250), umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan abnormal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenorma yang terbesar. Pembesaran ini mendesak jaringan prostat yang normal ke arah tepi dan juga menyempitkan uretra
Pemebesaran tersebut menimbulkn dorongan sampai dibawa basis vesica urinari sehingga mengakibatkan kesulitan buang air kemih. Kandung kemih mengatasi tahanan tersebut dengan berkontraksi lebih kuat, namun keadaan ini menyebabkan buang air kemih yang tidak efisien karena air kemih yang dikeluarkan hanya sedikit dan menimbulkan urin sisa yang tertinggal didalam kandung kemih.

E.      Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang dari BPH yang dapat dilakukan adalah:
1.      Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, warnah merah gelap atau terang (berdarah)
2.      Kultur urin: dapat menunjukkan mikroorganisme
3.      Sitologi urin: untuk mengesampingkan kanker kandung kemih
4.      Blood ureum, nitrogen: meningkat bila fungsi ginjal menurun
5.      Asam fosfat serum: meningkat karena pertumbuhan seluler dan pengaruh hormonal pada kenker prostat
6.      Leukosit, jika lebih besar dari 11.000 mengidentifikasi infeksi
7.      IVP (Inter venosa pielografi) dengan film pasca berkemih: menunjukkan perlambatan pengosongan kandung kemih dan penebalan, otot kandung kemih.
8.      Sistourografi berkemih: digunakan sebagai ganti IVP untuk memvisualisai kandung kemih dan uretra karena menggunakan bahan kontraks lokal
9.      Sistogram; mengukur tekanan dan volume dalam kandung kemih
10.  Sistouregtroskopi : mengambarkan derajat pembesaran prostat dan perubahan dinding kandung kemih.
11.  Sistomeri: mengevaluasi fungsi otot destrusor dan tonusnya
12.   Ultransound transektal: mengukur ukuran prostat, jumlah residu urine, melokalisasi lesi yang tak berhubungan dengan BPH

F.      Penatalaksaan Medik dan Keperawatan
Menurut Sjamsuhidayat (2005) pembagian besar prostat derajat I sampai dengan IV digunakan untuk menentukan cara penangan BPH:
1.      Derajat I
Belum diperlukan tindakan pembedahan, biasanya diberikan pengobatan konservatif, dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa (alfatosi, terazoin, paratosin) atau obat anti androgen yang menekan hormon I.H
2.      Derajat II
Dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra
3.      Derajat III
Residu urin > 100 ml. Merupakan batas indikasi dilakukannya endoskopi melalui uretra
4.      Derajat IV
Tindakan pertama adalah dengan katerisasi, selain itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis kemudian devenitif dengan TUR (trans uretra resection) atau pembedhan terbuka


Pembedahan menurut Doenges (2000:679)
a.       Prostatectomy
Reseksi bedah benigna prostat yang memotong uretra untuk meperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.
b.      Transuretal Resection of the Prostate (TURP)
Jaringan prostat obstruktif dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengan sitoskop/retroskop dimasukkan melalui uretra
c.       Suprapubis/ open prostatectomy
Diindikasikan untuk massa lebih dari 60 gr/60 cc. Penghambat jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih. Pendekatan ini lebih ditujukan pada akibat batu kandung kemih
d.      Retropubis Prostatectomy
Massa jaringan prostat hipertropi (lokasi tinggi sebagian pelvis) diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih
e.       Parical prostatectomy
Massa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan rektum. Prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.
Pasien yang keadaan umumnya tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan dapat diusahakan dengan:
1.      TUMT ( Transuretral Microwave Thermothrapi)
Pemanasan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui antena yang dipasang pada ujung kateter
2.      TULIP (Tranuretral Ultrasound Guarded Laser Induced Prostatectomy) prnggunaan sinar laser
3.      TUBD ( Transuretal Ballon dilatation)
Uretra pars prostatic dilatasi dengan balon yang dikembangkan didalamnya.
G.     Pengkajian data dasar
Menurut Nursalam 2009, fokus penkajian keperawatan BPH meliputi:
1.      Kaji adanya gejala meliputi serangan, frekuensi urinari setiap hari, berkemih pada malam hari, sering berkemih, perasaan tidak dapat mengosongkan vesika urinari, dan menurunnya pancaran urin.
2.      Gunakan indeks gejala untuk menentukan gejala berat dan dampak terhadap gaya hidup pasien.
3.      Lakukan pemerikasaan rektal ( palpasi ukuran, bentuk, dan konsistensi) dan pemerikasaan abdomen untuk mendeteksi distensi kandung kemih serta derajat pembesaran prostat.
4.      Lakukan pengukuran erodinamik yang sederhana, uroflowmetry, dan pengukuran residual prostat jika diindikasikan

H.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa kepearwatan BPH antara lain adalah:
a.       Nyeri akut berhiubungan dengan agen injuri: biologi, psikologi, kimia, fisik (Wilkinsom, 2007)
b.      Gengguan eliminasi urine berhubungan dengan efek pembedahan pada spinter kandung kemih skunder akibat : pascaprostatectomy (capernico, 2006)
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan adanya media masuknya organisme, prosedur invasive, trauma: pembedahan (Wilkinson, 2007)
d.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (Wilkinson 2007)

e.       Resiko terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur atau fungsi tubuh: pembedahan (Wilkinson, 2007)
f.        Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat , salan intervensi/informasi, tidak mengenal sumber informasi (capernico, 2006)


I.         Renacana keperawatan
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Nyeri akut berhiubungan dengan agen injuri: biologi, psikologi, kimia, fisik (Wilkinsom, 2007)

Mengontrol nyeri, nyeri berkurang atau hilang dengan ekspresi wajah tampak rileks
· Lakukan pengkajian nyeri yang komrehensip meliputi lokasi, karaktristik, awitan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
· Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
· Gunakan teknik komunikasi trapeutik untuk mengetahui pengalamn nyeri pasien
· Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
· Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi misal tekhnik napas dalam bila nyeri muncul
· Pemberian antispasmodik/analgesik untuk merilekskan otot polos, dan memberikan penurunan spasme dan nyeri

2
Gengguan eliminasi urine berhubungan dengan efek pembedahan pada spinter kandung kemih skunder akibat : pascaprostatectomy (capernico, 2006)

Individu menjadi kontinen dengan menunjukkan kontinensia urin, eleminasi urine tidak terganggu, berkemih > 150 cc setiap kali
· Pertahankan pola eliminasi urin yang optimun
· Pantau eliminasi urin, meliputi frekuensi, kansistensi, bau, volume dan warna yang tepat
· Instruksikan pasien untuk beropon cepat terhadap kebutuhan eliminasi
· Kaji faktor yang meningkatkan insiden
· Instruksikan keluarga untuk mencatat haluaran urin, bila diperlukan

3
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya media masuknya organisme, prosedur invasive, trauma: pembedahan (Wilkinson, 2007)

Terbatas dari tanda atau gejala infeksi dengan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi (kemerahan, panas, nyeri) suhu pasien normal
·      Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas dan nyeri
·      Kaji tempratur klien tiap 4 jam
·      Catat dan laporkan nilai laboratorium (leukosit, protein, serum, albumin)
·      Kaji warna kulit, kelembaban, tekstur, turgor
·      Gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial
·      Pengendalian dengan kolaborasi dalam pemberian antibiotik

4
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (Wilkinson 2007)

Keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi yang adekuat dengan mempertahankan urin output, vital sign dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi (turgor baik, mebran mukosa lembab)
·      Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·      Monitor status hidrasi/kelembaman mmbran
·      Monitor vital sign
·      Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
·      Dorong masukan peroral
·      Kolaborasi pemberian cairan/makanan

5
Resiko terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur atau fungsi tubuh: pembedahan (Wilkinson, 2007)

Tidak terjadi disfungsi seksual pada pasien dengan menyatakan pemahaman invidual
·      Berikan informasi tantang harapan kembalinya fungsi seksual
·      Berikan keterbukaan pada pasien/orang terdekat
·      Jelaskan tentang ejaluklasi retrograde
·      Kolaborasi dalam meuruk ke penasehat seksual













                 
6
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat , salan intervensi/informasi, tidak mengenal sumber informasi (capernico, 2006)

Pasien memahami tentang prosedur dan pengobatan dengan tidak bertanya tentang penyakitnya, pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
·      Menentukan tingakat pengetahuan klien sebelumnya
·      Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, dan tanda dan gejala)
·      Diskusikan perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi
·      Diskusikan tentang pilihan terapi atau perawatan
·      Anjurkan pasien untuk mencegah atau meminimalkan efek samping dari penyakitnya























BAB II
TINJAUAN KASUS
A.      Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode alloanamnesa dan autoanamnesa, pemerikasaan fisik dan catatan medik. Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 september 2012, pukul 08.00 WITA diperoleh data:
a.       Indentitas Klien
Nama                                : Tn. S,
Umur                                : 63 tahun
Agama                              : Islam
Pekerjaan                         : Petani
Pendidikan                       : SD
Status perkawinan          : Kawin
Alamat                              : Palopo jln sungai pareman
Tanggal masuk RS           : 12 september 2012
Tanggal operasi              : 15 september 2012
No register                       : 01028741
Diagnosa medik               : BPH
b.      Identitas panenggung jawab
Nama                                : Ny. S,
Umur                                : 40 tahun
Alamat                              : Palopo
Pekerjaan                         : Petani
Agama                              : Islam
Hubungan                        : Anak kandung




c.       Riwayat Kesehatan Klien
1.      Keluahan utama pada saat pengkajian adalah klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di daerah perut bagian bawah.
2.      Riwayat kesehatan sekarang : pasien mengatakan nt=yeri saat BAK sejak kurang lebih 3 minggu yang lalu, nyeri bagian perut bawah dan urin keluar menetes. Pasien berobat di poli bedah RSUD Sawerigading dan dikasi obat. Terapi tidak kunjung sembuh juga dan akhirnya dirujuk k RS. Pasien operasi pada tanggal 15 september 2012 pasien mengatakan masih nyesi seperti tertusu-tusuk dibagian perut bawah setelah operasi. Skala nyeri 6 nyeri dirasakan terus menerus, pada perut bagian bawah terasa panas
3.      Riwayat kesehatan dahulu: pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit. Apabila sakit hanya membeli obat warung atau dibawa k puskesmas. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menurun(DM, hipertensi, asma) atau penyakit menular (HIV.TBC). pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini.
d.      Riwayat kesehatan keluarga: pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada anggota keluarga mempunyai riwayat penyakit menurun(DM, hipertensi, asma) atau penyakit menular (HIV.TBC). pasien mengatakan sebelumnya belum pernah ada anggota keluarga mengalami penyakit seperti ini.
Pengkajian fungsional menurut Gordon meliputi: pola persepsi kesehatan: pasien mempersepsikan bahwa sehat yaitu ketika pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri, badan tidak terasa lemas, dapat digunakan untuk bekerja. Pasien mempersiapkan sakit yaitu tidak enak badan, tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri, tidak mampu bekerj dan badan tersa lemas.
Pola nutrisi: sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali seharu dengan menu nasi, sayur, dan lauk pauk seadanya. Makan 1 porsi habis. Pasien minum q botol air mineral kuranh lebig 1,5 liter, pasien mengatakan juga minum teh. Selama sakit: pasien mengatakan selma dirawat di rumah sakit tidak mengalami penurunan nafsu makan, pasien makan dengan menu rumah sakit yaitu diet bubur tinggi serat dan buah. Pasien makan habis 1 porsi, minum 5-6 gelas air putih dan minum teh, volume 1800 cc/hari.
Pola eliminasi: Sebelum sakit: pasien mengatakan BAK 3-4 kali/hari warnah urin kuning jernih, bau khas. BAB 1 kali/hari. Selama sakit pasien BAK melalui kateter 500cc dari jam 06.00-90.00, aliran urin lancar, warnah agak kemerahan dan agak keruh terdapat sedikit stosel terkadang BAK tidak terasa dan sulit ditahan. BAB 1 kali dalam 2 hari ini. Konsistensi feces lunak, warna kuning
Pola istirahat tidur: sebelum sakit pasien mengatakan tidur mulai jam 23.00 WITA, bangun jam 05.00 WIB. Waktu siang kadang tidur 1 jam. (tidak ada gangguan tidur). Selama sakit pasien mengatakan tidur hanya 5-6 jam/hari, kadang terbangun karena nyeri.
Pola aktivitas dan latihan: sebelum sakit: pasien mengatakan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas dilakukan sendiri. Selama sakit: pasien mengatakan hanya terbaring di tempat tidur dan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat. Pasien tidak mampu mandiri dengan skala aktivitas sbb: Makan dan minum nilai 2, mandi, toilet, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur ambulasi nilai 2. Keterangan jika dengan nilai 0: mandiri. 1 : Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu alat dan orang lain, 4: tergantung penuh.
Pola koognitif: pasien mengetahui tentang kondisi penyakitnya saat ini dan keluarga mampu merawatnya sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh dokter maupun perawat.
Pola konsep diri: gambaran diri, pasien mengatakan sedih dengan keadaan penyakitnya. Pasien merasa telah banyak merepotkan orang, pasien menerima kondisinya saat ini. Harga diri: pasien tidak merasa rendah diri dengan sakitnya sekarang, karena pasien merasa bahwa ada yang lebih parah darinya. Pasien berjenis kelamin laki-laki umur 63 tahun. Peran: pasien mengatakan sebagai kepala keluarga dan juga seorang kakek. Ideal diri: pasien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga.
Pola hubungan pasien: sebelum sakit: pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-baik saja, tidak ada masalah, begitu juga dengan tetangga dan lingkungan sekitar. Selama sakit pasien mengatakan dengan keluarga, orang lain, petugas rumah sakit cukup baik.
Pola seksual dan reproduksi: pasien seorang lak-laki berumur 63 tahun terjadi pembesaran kelenjar prostat yang mendesak dan penyumbatan uretra, pasien tidak cemas tentang keterbatasan yang akan datang pada penampilan seksual. Pola koping dan stress: pasien mengatakan  bila ada masalah diselesaikan dengan cara baik- baik bersama keluarganya.
Pola nilai dan keyakinan: sebelum sakit pasien mengatakan beragama Islam rajin shalat dan berdoa, selama sakit: pasien mengatakan hampir tidak pernah shalat namun selalu berdoa supaya cepat sembuh.
Pemerikasaan fisik tanggal 10 september 2012 didapatkan: keadaan umum: sedang, kesadaran: composmentis, tanda-tanda vital: TD: 140/80 mmHg, Nadi: 76x/menit, Respirasi: 18x/menit Suhu: 36 C nilai glasco coma scale: eyes: 4, motorik: 6, verbal:5=15.
a.      Pemerikasaan fisik sistematis didapatkan:
·           kepala: mesochepal, rambut: pendek beruban tidak ada lesi dan ketombe. Mata: simestris. Sclera anikterik, tidak terdapat gangguan penglihatan, konjungtiva nonanemis. Telinga : simetris, bersih, tida ada gangguan pendengaran. Hidung: simetris bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan penciuman. Mulut: mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih, lidah bersih.
·            Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.
·            Dada: jantung: inspeksi: ictus cordis tidak tambak, palpasi: ictus cordis tidak kuat angkat, perkusi: suara redup, auskultasi: bunyi jantung reguler. paru –paru : inspeksi: pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan massa, perkusi: suara sonor, auskultasi: tidak ada bunyi tambahan.
·           Abdomen: inspeksi: bentuk datar, tidak ada asites, terdapat luka insisi post operasi prostatectomy suprapubis, auskultasi bising usus 10x/menit perkusi: suara tympani, palapasi, tidak ada massa, nyeri tekan lokal.
·           Kulit: warna kulit sawo matang, turgor kulit kembali dalam 2 detik dan elastis.
·           Genetalia: pasien terpasang kateter, terdapat luka pembedahan daerah suprapubis, cystotomy dan drainage.’
·           Ekstremitas kanan atas: tidak ada kelainan/gerakan bebas kiri atas terpasang infus gerakan terbatas, kanan bawah, tidak ada kelainan/gerakan bebas, kiri bawah terpasang teraksi DC gerakan terbatas.
b.     Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang didapatkan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 September 2012 yaitu:
No
Pemeriksaan
Hasil
Normal
1
Hemoglobin
12,5 g/dl
13-16
2
Eritrosit
4,5 106 µ/d
4,5-5,7
3
Hematokrit
36%
40-48
4
Golongan darag
B

5
Creatine
1,16 mg/dl
0,6-1,1
6
GDS
120 mg/dl
70-120
7
Urea
60,33 mg/dl
10-50.

Therapy yang diberikan pada tanggal 16-18 september 2012 adalah infus RL 20 tetes /menit, irigasi NaCl, injeksi cepotaxim 1 gram 2x/hari, tramadol 1 gr 2x / hari, cepotaxim 500 mg 3x/hari, semua melalui intravenous dan Asam mefenamat 500 mg (3x1) peoral

B.       Data Fokus
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 september 2012 diperoleh data fokus pasien.
a.       Data subyektif: pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah bekas luka operasi hari ke dua, pasien mengatakan saat BAK masih terasa nyeri serta panas, terkadang BAK tidak terasa dan sulit ditahan. Pasien mengatakan terdapat luka bekas operasi pada perut bagian bawah
Data obyektif: P. (paliatif): bertambah nyeri jika sering  BAK. Q (Quality): nyeri seperti tertusuk-tusuk R(Region): Nyeri daerah suprapubis (scale): skala nyeri 6, T(time) nyeri timbul terus menerus, wajah tampak tegang menahan nyeri, TTV: TD: 140/80 mmHg, Nadi: 76x/menit, Respirasi: 18x/menit Suhu: 36 °, terapsang selanmg kateter tampak urine kemerahan warnah keruh dan ada sedikit stosel. Tampak adanya luka post operasi tampak agak kemerahan, terpasang drainage.
C.      Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 september 2012, diperoleh data subyektif: pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah bekas luka opersi hari ke dua dengan skala 6 dan data obyektif :P. (paliatif): bertambah nyeri jika sering  BAK. Q (Quality): nyeri seperti tertusuk-tusuk R(Region): Nyeri daerah suprapubis (scale): skala nyeri 6, T(time) nyeri timbul terus menerus, wajah tampak tegang menahan nyeri, TTV: TD: 140/80 mmHg, Nadi: 76x/menit, Respirasi: 18x/menit Suhu: 36 ° C. Dari hasil analisa data tersebut dapat diambil problem nyeri akut dengan etiologi agen injuri fisik (pembedahan).
Hasil pengkajian selanjutnya didapatkan data subyektif: pasien mengatakan saat BAK masih terasa nyeri serta panas, terkadang BAK tidak terasa dan sulit ditahan, data obyektif: terpasang selang kateter tampak urine kemerahan warna keruh dan ada sedikit stosel, dari data tersebut perawat mengambil problem gangguan eliminasi urine dengan etiologi efek pembedahan pada sfinter kandung kemih skunder akibat: pasca prostatectomy.
Hasil pengkajian pada hari yang sama ditemukan data subyektif : Pasien mengatakan terdapat luka bekas operasi hari kedua pada perut bagian bawah, data obyektif : terpasang drainege, terdapat luka post operasi 9 cm dengan 9 jahitan, daerah sekitar luka operasi tampak kemerahan, kemudian dari data tersebut diambil problem resiko infeksi dengan etiologi adanya media masuknya mikroorganisme, prosedur invasive, trauma (pembedahan).
D.       Penegakan Diagnosa
Berdasarkan hasil analisa data tersebut dapat diambil beberapa diagnosa keperawatan yaitu sebagai berikut:
1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan)
2.      Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan efek pembedahan pada sfingter kandung kemih skunder akibat pascaprostatectomy
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan adanya media masuknya mikroorganisme, prosedur invasive, trauma pembedahan

E.        Perencanaan
No
Data
Dx Keperawatan
Rencana
Rasional
Tujuan & kreteria hasil
Tindakan
1
Ds:
Pasien mengatakan nyeri pada bagian bawah bekas luka operasi hari ke dua dengan skala nyeri 6
Do:
P. (paliatif): bertambah nyeri jika sering  BAK. Q (Quality): nyeri seperti tertusuk-tusuk R(Region): Nyeri daerah suprapubis (scale): skala nyeri 6, T(time) nyeri timbul terus menerus, wajah tampak tegang menahan nyeri, TTV: TD: 140/80 mmHg, Nadi: 76x/menit, Respirasi: 18x/menit Suhu: 36 ° C.
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan) ditandai dengan Ds dan DO
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri dengan kreteria hasil secara subyektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 1-3 atau teratasi, klien tampak rileks
·  Observasi keadaan umum, dan tingkat nyeri dengan standar PGRST
·  Kaji vital sing klien
·  Gunakan teknik komunikasi trapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·  Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri dan lama nyeri dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur,
·  Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi misal tekhnik nafas dalam bila nyeri muncul
·  Pemberian antipasmodik/analgesik untuk merilekskan otot polos
·  Memberikan penurunan spasme nyeri
·  Untuk mempermudah intervensi
·  Dehidrasi dapat mengakibatkan syok
·  Untuk memberikan kenyamanan pada pasien dalam komunikasi
·  Agar klien mengetahui hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri
·  Nafas dalam dapat mengurangi rasa sakit tampa menggunakan obat
2
Ds:
Pasien mengatakan saat BAK masih terasa panas dan nyeri, terkadang BAK tidak terasa dan sulit ditahan
Do:
Terpasang slang kateter, tampak urin kemerahan keruh dan ada sedikit stosel
Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan efek pembedahan pada sfinter kandung kemih akibat pascaprostatectomy

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien menjadi kontinen dengan kreteria hasil menunjukkan kontinensia urin, eliminasi urin tidak terganggu, berkemih >150 cc setiap kali.
·  Memepertahankan pola eliminasi urin yang optimun
·  Pantau eliminasi urin, meliputi frekuensi, konsentrasi, bau, volume dan warna
·  Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi.
·  Kaji faktor yang menjadi insiden
·  Instruksikan keluarga untuk mencatat haluaran urin bila diperlukan
·  Eliminasi yang teratur dapat membantu proses penyembuhan
·  Warna dan bau merupakan tanda tanda terjadinya perdarahan dan infeksi

3
Ds:
Pasien mengatakan terdapat luka bekas operasi hari ke dua pada perut bagian bawah
Do:
Terpasang dranage, tampak adanya luka post operasi prostatectomy pada suprapubik dengan 9 cm dan 9 jahitan
Daerah sekitar operasi tampak kemerahan
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya media masuknya mikroorganisme, prosedur invasive, trauma pembedahan ditandai dengan data Ds dan Do
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan terbebas dari tanda atau gejala infeksi dengan kreteria hasil tidak ada tanda-tanda infeksi (kemerahan, panas, nyeri), suhu pasien normal

·  Observasi dan laporkan tanda dan gejela infeksi
·  Kaji temperatur klien tiap 4 jam
·  Catat dan laporkan nilasi laboratorium (leukosit,protein,serum, albumin)
·  Kaji warna, kelembaman tekstur dan turgor kulit
·  Gunakan strategi utuk mencegah nosokomial
·  Pengendalian infeksi dengan pemberian antibiotik
Mengawasi proses penyembuhan
Untuk mengetahui suhu klien
Untuk mengetahui kadar air dalam tubuh pasien
Nosokomial merupakan infeksi silang dalam tempat perawatan

F.   Implementasi
No
Hari/tgl
Jam
No Dx
Implementasi
Evaluasi tindakan
Paraf
1
Minggu/16 november 2012
08.00





























09.00







08.20
I
·  Mengobservasi keadaan umum dan mengkaji tingkat nyeri dengan skala PQRST









·  Mengkaji  Vital sing klien



·  Menggunakan  teknik komunikasi trapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·  Memberikan  informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri dan lama nyeri dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur,
·  Mengajarkan   penggunaan tekhnik nonfarmakologi misal tekhnik nafas dalam bila nyeri muncul



·  Memberiakan  antipasmodik/analgesik (injeksi tramadol 1 gr ) secara intravena
·  Memberikan  penurunan spasme nyeri (asam mefenamat 500 mg) peroral
·  Pasien tampak gelisah dan sesekali merintih kesakitan
Skala Nyeri P: bertambah nyeri jika sering BAK, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri daerah suprapubik, S: skala nyeri 6,T: nyeri timbul terus menerus

·  TD: 140/80, nadi:76x/menit, suhu 36 C, respirasi 18x/menit

·  Klien mengunkapkan perasaan nyeri yang dialami

·  Klien mengatakan akan menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri timbul


· Pasien melakukan nafas dalam jika nyeri timbul dan pasien juga bisa pemperagakan tekhnik yang diajarkan oleh perawat
·Klien tampak kesakitan saat pemberian obat

·Klien meminum obat yang diberikan




2
Minggu/ 16 september 2012
13.00
II
·  Memepertahankan pola eliminasi urin yang optimun
·  Memantau eliminasi urin, meliputi frekuensi, konsentrasi, bau, volume dan warna



·  Menginstruksikan  pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi.
·  Mengkaji  faktor yang menjadi insiden
·  Menginstruksikan  keluarga untuk mencatat haluaran urin bila diperlukan
·  Klien mengatakan masih sering ingin BAK
·  Klien mengatakan masih terasa panas dan nyeri saat BAK warna urin agak kemerahan keruh dan sedikit stosel volume 750 cc

·  Klien mengatakan sering tidak menyadari saat akan BAK
·  Keluarga klien menyatakan akan melaksanakan yang di instruksikan oleh perawat

3
Minggu/16 september 2012
08.20
III
·  Observasi dan laporkan tanda dan gejela infeksi
·  Kaji temperatur klien tiap 4 jam
·  Catat dan laporkan nilasi laboratorium (leukosit,protein,serum, albumin)
·  Kaji warna, kelembaman tekstur dan turgor kulit

·  Gunakan strategi utuk mencegah nosokomial


·  Pengendalian infeksi dengan pemberian antibiotik (cefotaxim 500 mg) secara intravena
·   Tampak kemerahan disekitar bekas luka operasi
·   Suhu klien 36° C

·   Leukosit 4,5 106 µ/d




·   Turgor kulit kembali dalam 2 detik, dan warna kulit sawo matang
·   Klien mengatakan akan memperhatikan kebersihan diri.
·   Klien mengatakan pasien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang setelah pengobatan dilakukan


G.     Evaluasi
Evaluasi hasil yang diambil setelah dilakukan tindakan selama target waktu yang ditentukan (3x24 jam)
No
Hari/tgl
Jam
No DX
Evaluasi Hasil
Paraf
1
Selasa 18 september 2012

I
Setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jam maka hasil yang diperoleh:
S: Klien melaporkan nyeri berkurang
O: wajah Klien tampak rileks skala nyeri 3
A: Masalah teratasi
P: Hentikan tindakan

2
Selasa 18 september 2012

II
Setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jam maka hasil yang diperoleh:
S: Klien mengatakan pada saat BAK nyeri sudah berkurang, dan sudah bisa mengontrol eliminasi urin
O: menunjukkan kontinensia urin, volume 150 cc, warna kemerahan sudah berkurang dan tidak ada lagi stosel
A: Masalah teratasi
P: Hentikan tindakan

3
Selasa 18 oktober 2012

III
Setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jam maka hasil yang diperoleh:
S: klien mengatakan tidak deman dan nyeri pada sekitar operasi berkurang
O: tidak ada tanda-tanda infeksi, luka sekitar operasi bersih, balutan kering, tidak ada bengkak
A: masalah teratasi
P: hentikan tindakan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar