Laman

Kamis, 18 Oktober 2012

ASKEP POST PARTUM


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
“POST PARTUM”



OLEH:
MASTURA ADAMA
K.10.01.006



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2012-2013




KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limapahan rahmat dan hidaya-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas  Maternita yang membahas tentang ASKEP Post Partum ini dapat terselesaikan sebelum waktu yang ditargetkan.
Ucapan terima kasih penulis haturkan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Seniwati, S.St. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Maternitas ini yang telah memberikan tugas ini sebagai proses pembelajaran kepada seluruh mahasiswa keperawatan STIKES Mega Buana angkatan 2012.
Dalam penulisan ASKEP ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, maka dari itu, penulis bersedia menerima saran dan kritik yang membangun, guna perbaikan penyusunan tugas kedepannya.

                                                                        Palopo 3, Oktober 2012
                                                                                         Penulis


                                                                                Mastura Adama





DAFTAR ISI
Kata Pengantar               ...................................................................................................................
Daftar Isi                ...............................................................................................................................
BAB I TINJAUAN TEORI                                                                                      
A.      Pengertian              ..............................................................................................................
B.      Priode Post Partum             ............................................................................................
C.      Adaptasi Fisiologi dan Adaptasi Psikologis     ...................................................
D.     Pathway            .......................................................................................................................
E.      Pemeriksaan Penunjang       .........................................................................................
F.      Penatalaksanaan       ..........................................................................................................
G.      Asuhan Keperawatan       ................................................................................................
BAB II TINJAUAN KASUS
A.      Pengkajian        ......................................................................................................................
B.      Data Fokus         ....................................................................................................................
C.      Analisa data          .................................................................................................................
D.     Diagnosa Keperawatan       ............................................................................................
E.      Rencana Keperawatan        ............................................................................................
F.      Implementasi        .................................................................................................................
G.      Evaluasi        ............................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan          ..................................................................................................................
B.      Saran          ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA         ..................................................................................................................


BAB I
TINJAUAN TEORI
A.     Pengertian
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 – 8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007). Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005). Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002). Masa purpenium dan masa nifas dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelum ada kelahiran dalam waktu 3 bulan (Siswosudarmo,2008). Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi.

B.     Priode Post Partum
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha 2009 adalah sebagai berikut:
1.      Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan harus tetarur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, teknan darah, dan suhu.

2.      Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3.      Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling keluarga berencana.

C.      Adaptasi Fisiologi dan Adaptasi Psikologis
Adaptasi yang terjadi pada masa post partum adalah:
1.      Adaptasi fisiologis
Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal yaitu:
a.       System reproduksi:
·         Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang nerkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak bisa diraba dari luar. Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang 1 kg sebagai akibat ivolusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah post partum.
·         Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a)     Lochea rubra atau cruenta.
Berisi darah segar dan sisi-sisi selaput ketuban, sel-sel desidua, serviks kaseosa, lanugo han mekonium, selama dua hari post partum
b)     Lochea sanguinolenta.
Berwarnah merah kuning berisi darah dan lendir, selama hari ke 3 hingga hari ke 7 post partum.
c)      Lochea serosa.
Berwarna kuning, cair tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 hingga hari ke 14 post partum.
d)     Lochea alba.
Cairan putih selama dua minggu
(Siswosudarmo, 2008)
·         Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbunya trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implatasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 milimeter, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan slaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha,2009)
·         Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium sksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan. Setelah enam minggu post natal, serviks menutup. Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali ke keadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum.
Serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh. Tertutup tetapi terbentuk celah. Dengan demikian osservivis wanita yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina (Farrer,2001)
·         Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan. Dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-ansur akan muncul kembali, sementara labia menjadi menonjol. Himen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi pervagina dan yang tersisa hanya sisa-sisa kulit yang disebut kurunkulae mirtiformis. Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka setelah wanita tersebut melahirkan (Farrer 2001)
·         Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan. Relaksasi dasar panggul dan otot-otot abdomen juga dapat bertahan (Farres,2001)
·         Mamae
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan pyudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bayi baru lahir. Setelah melahirkan ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya, kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin. Sampai hari ke tiga setelah melahirkan, efek prolaktin payudara mulai bisa dirasakan (Saleha 2009).
b.      Sistem pencernaan
Selama 2 jam pasca persalinan kadang dijumpai pasien yang merasa mual sampai muntah. Atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan dapat mencegah terjadinya aspirasi kedalam saluran pernafasan dengan setengah duduk atau tidur ditempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi sangat diperlukan untuk mencegah dehidrasi (Sulisyawanti, 2010)
c.       Sistem perkemihan
Selama 2 sampai 4 jam pasca persalinan kandung kemih masih dalam keadaan hipotonik akibat adanya alotaksis, sehingga sering dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama persalinan.
Kondisi ini dapat ringankan dengan selalu mengusahakan kandung kemih tetap kosong selama persalinan untuk mencegah trauma. Setelah melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus berubah posisi. Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan perdarahan dan nyeri (Sulisyawati,2010).
d.      Sistem muskuloskletal
Kadar MSH mengalami penurunan secara cepat setelah post partum. Linea nigra dan closma gravidarum menghilang setelah melahirkan. Striae gravidarum yang ada tumbuh pada abdomen, paha, payudara secara berangsur-angsur menjadi garis putih kurang nyata, tapi tidak hilang secara sempurna setelah post partum (Jansen, B.2005)
e.       Sistem endokrin
Setelah plasenta lahir, estrogen dan progesteron mengalami penurunan. Pada wanita tidak menyusui, estrogen meningkat dan mencapai puncak follikuler pada minggu ketiga post partum yang mungkin kembali proses mensturasi. Sedang pada wanita menyusui, proses kembalinya kadar estrogen dan progesteron lebih lambat. Laktasi ditandai dengan adanya peningkatan kadar prolaktin yang cepat dengan adanya proses menyusui. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin akan ditekan dengan kembali pada keadaan normal seperti sebelum hamil.
f.        Perubahan tanda-tanda vital
Dalam 2 jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi, pernafasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien biasanya akan mengalami sedikit peningkatan tapi masih dibawa 38 derajat celcius, hal ini disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu akan berangsur normal kembali setelah 2 jam (Sulistywati,2010)
g.       Sistem kardiovaskuler
Pada persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 200 sampai 500 ml. Setelah persalian Shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pasien akan relatif bertambah. Keadaan ini akan menjadikan beban pada jantung, dan akan menimbulkan dekompensasio cordis, keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya hemo konsentrasi sehingga volume darah kembali seperti awal (Sulityawati,2010)

2.      Adaptasi psikologis
Priode ini terjadi dalam 3 tahap:
a.       Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung pada orang lain, fokus perhatian pada tubuhnya, itu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalian yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b.      Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari post partum ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu sangat sensitive, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c.       Letting go period
Dialami setelah ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasakan kebutuhan bayi sangat bergangtung pada dirinya.





D.     Pathway




E.      Pemerikasaan penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008:
1.      Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2.      Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3.      Payudara: air susu, puting
4.      Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5.      Sekres yang keluar atau lochea
6.      Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
1.      Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
2.      Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

F.      Penatalaksanaan
1.      Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah diperbolehkan pulang.
2.      Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan
3.      Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi (Mansjoer, A dkk, 2001).

4.      Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila terjadi opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun per rektal. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi (Manjoer, A dkk, 2001)
5.      Perawatan payudara
a.       Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b.      Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
c.       Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik menyusui yang benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia diterapi dengan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam air susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
d.      Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.



e.       Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres hangat atau dingin, pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
f.        Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi, diberikan antibiotik dan analgesic
g.       Bayi yang tidak suka menyusu
Keadaan ini dapat disebabkan pancaran air susu ibu yang terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui diselang seling dengan susu botol, puting rata yang terlalu kecil dan bayi mengantuk. Pancaran air susu ibu yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlengtang dengan bayi ditaruh diatas payudara.  
Pada bayi dengan bingung puting, hindari dengan emakaian dot btol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti air susu ibu. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan air susu ibu, usahakan agar bayi terbangun (Manjoer, A,dkk,2001)
6.      Laktasi
Disamping air susu ibu merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusui bayi baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak. Setelah partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh lactogen hormon prolaktin kembali dan pengaruh oksitosin mengakibatkan miop telium kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak protein dan globulin.
7.      Perasaan mulas
Sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat mengganggu selama 2 – 3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bula masih ada sisah selaput ketuban, sisa plasenta atau giumpalan darah dalam cavum uteri. Pasien dapat diberikan analgesic atau sedative (Mansjoer, A dkk, 2001)
8.      Latihan senam
Dapat diberikan mulai hari kedua misalnya: ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh diatas dan menekan perut. Lakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut. Dengan posisi yang sama angkat bokong lalu tarung kembali. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi. Duduklah pada kursi perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit.
9.      Dianjurkan untuk mengambil cuti hamil
10.  Pemeriksaan pasca persalinan:
a.       Pemeriksaan umum  : tekanan darah, nadi, keluahan dll
b.      Keadaan umum         : suhu, selera makan dll
c.       Payudara                    : air susu ibu, puting susu
d.      Dinding perut                        : perinium, kandung kemih, rektum
e.       Sekret yang keluar misalnya loche, flour albus


f.        Nasehat untuk ibu post natal
1.      Sebaiknya bayi disusui
2.      Bawakan bayi untuk imunisasi
3.      Lakukanlah keluarga berencana
4.      Fisiotrapi post natal sangat baik bila diberikan

G.     Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian Data Dasar
a.       Keluhan utama: sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
b.      Riwayat kehamilan: umur kehamilan, serta riwayat penyakit menyertai
c.       Riwayat persalinan: tempat persalinan, bormal atau terdapat komplikasi, keadaan bayi, keadaan ibu.
d.      Riwayat nifas masa lalu: pengeluaran air susu ibu lancar atau tidak, berat badan bayi, riwayat keluarga berencana atau tidak
e.       Pemeriksaan fisik: keadaan umum pasien, abdomen, saluran cerna, alat kemih, lochea, vagina, perinium dan rektum, ekstrimitas kemampuan perawatan diri
f.        Pemeriksaan psikososial: respon dan persepsi keluarga, status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi.









2.      Diagnosa keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal
b.      Ketidak efektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karaktristik payudara
c.       Resiko tinggib terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi, profil darah abnormal
d.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan hemoglobin, prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi
e.       Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesiditandai dengan distensi kandung kemih
f.        Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan atau penggantian tidak adekuat kehilangan cairan berlebih
g.       Kontipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron, dehidrasi, nyeri perical ditandai dengan perubahan bising usus, feses kurang dari biasanya.
h.      Kurang pengetahuan atau kebutuhan belajar mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah intervensi, tidak tau sumber-sumber
i.         Keterbatasan gerak dan aktifitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum.



3.      Rencana Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Rencana tindakan
Rasional
Tujuan/kreteria hasil
Intervensi
1
Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan menunjukkan skla nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang atau hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi dan TTV dalam batas normal
· Kaji ulang skala nyeri

· Anjurkan ibu agar menggunakan tekhnik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
· Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi



· Berikan kompres hangat

· Celegasi pemberian analgetik
· Mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
· Untuk mengalihkan perhatian dan rasa nyeri yang dirasakan


· Memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi, dan mengurangi nyeri secara bertahap
· Meningkatkan sirkulasi pada perineum
· Melonggarkan sistem saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang.
2
Ketidak efektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karaktristik payudara

Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui dengan ibu mengungkapakan proses situasi menyusui, bayi mendapat air susu ibu yang cukup
·  Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya
·  Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik menyusui


·  Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
· Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi yang tepat.
· Posisi yang tepat biasanya mencegah luka atau pecah puting yang dapat merusak dan mengganggu
· Agar kelembaban pada patudara tetap dalam batas normal
3
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi, profil darah abnormal

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera pada ibu tidak terjadi dengan menunjukkan ibu dapat mendemonstrasikan prilaku unsur untuk menurunkan faktor resiko, melindungi harga diri bebas dari komplikasi
·  Tinjau ulang kadar hemoglobin serta kehilangan darah sewaktu melahirkan, observasi dan catat tanda anemia
·  Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap
·  Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan penglihatan
· Dapat mengetahui kesengjangan kondisi ibu dan intervensi yang cepat dan tepat



· Meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah
· Bahaya eklamsi ada diatas 72 jam post partum sehingga dapat diketahui dan diintraksikan
4
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan hemoglobin, prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi ditandai dengan ibu dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
·  Kaji lochea kontraksi uterus, dan kondisi jahitan episiotomi

·  Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam


·  Pantau tanda-tanda vital

·  Lakukan rendam bokong


·  Sarankan ibu membersihkan  perineal dari depan ke belakang.
· Untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat
· Pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat perkembangbiakan kuman.
· Peningkatan suhu lebih dari 38 ° C menandakan infeksi
· Untuk memperlancar sirkulasi ke perineum dan mengurangi edema
· Membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vagina
5
Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesiditandai dengan distensi kandung kemih

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi/ buang air kecil ditandai dengan Ibu dapat berkemih sendiri dalam 6 – 8 jam post pasrtum, tidak merasa sakit saat buang air kecil, jumlah urine 1,5 – 2 liter/hari
·  Kaji dan catat cairan masuk dan keluar  tiap 24 jam

·  Anjurkan berkemih 6-8 jam post partum
·  Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, aliran air keran
·  Kolaborasi pemasangan kateter
· Mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat
· Melatih otot-otot perkemihan

· Agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi
· Mengurangi distensi kandung kemih
6
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan atau penggantian tidak adekuat kehilangan cairan berlebih

Setelah diberikan asuhan keperawatan ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan  ditandai dengan cairan masuk dan keluar seimbang, hemoglobin  dalam batas normal (12,0 sampai 16,0 gr/dl)
·  Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri


·  Pertahankan cairan peroral 1,5-2 liter/hari
·  Observasi perubahan suhu,nadi,tekanan darah
·  Periksa ulang kadar hemoglobin
· Memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.
· Mencegah terjadinya dehidrasi

· Peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi

· Penurunan hemoglobin tidak boleh melebihi 2 gram% /100dl
7
Kontipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron, dehidrasi, nyeri perical ditandai dengan perubahan bising usus, feses kurang dari biasanya
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan konstipasi tidak terjadi pada ibu ditandai dengan ibu dapat buang air besar maksimal hari ketiga post partum, feces lembek
·  Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi dan meningkatkan secara progresif
·  Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara makanan,  tingkatan makan  buah dan sayuran
·  Anjurkan ibu BAB pada Wc duduk
·  Kolaborasi pemberian laksantia supositoria

· Membantu meningkatkan prestaltik gastrointestinal


· Makanan seperti buah dan sayuran membantu meningkatkan pristaltik usus

· Mengurangi rasa nyeri

· Untuk mencegah dan stres perineal
8
Kurang pengetahuan atau kebutuhan belajar mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah intervensi, tidak tau sumber-sumber

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan dini dan bayi bertambah, dengan kreteria ibu dapat mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perineum
·  Berikan informasi tentang perwatan dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, keluarga berencana
·  Berikan informasi tentang perawatan bayi yaitu perawatan tali pusat, ari, memandikan dan imunisasi
·  Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah diperlajari
· Membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan mental

· Menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi



· Memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari
9
Keterbatasan gerak dan aktifitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gerak dan aktifitas terkoordinasi dengan kreteria sudah tidak nyeri pada luka jahitan pada saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit atau nyeri berkurang
·  Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap
·  KIE perawatan luka jahitan perinium




· Meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah
· Mempercepat kesembuhan luka sehingga memudahkan gerak aktivitas






BAB II
TINJAUAN KASUS
A.     Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2012 pukul 19:00 dengan hasil sebagai berikut:
1.      Identitas
a.       Identitas Klien
Nama                               : Ny ”S”
Umur                               : 32 tahun
Suku bangsa                   : Indonesia
Agama                             : Islam
Pendidikan                      : SMA
Pekerjaan                        : URT
Alamat                             : Palopo, Rt 1 Rw 3
b.      Identitas suami  
Nama                               : Tn “ R”
Umur                               : 34 tahun
Suku bangsa                   : Indonesia
Pendidikan                      : SMA
Pekerjaan                        : Pedagang
Alamat                             : Palopo
2.      Riwayat Keperwatan
a.       Persepsi terhadap persalian : Ibu datang ke klinik karena ingin melahirkan, ibu tidak begitu tahu tentang persalinan, ibu mengatakan bahwa persalinan ini tidak menimbulkan perubahan, ibu berharap bahwa persalinan dapat berjalan lancar, ibu mengatakan tinggal bersama suami dan kedua anaknya, ibu mengatakan bahwa keluarga dan orang tua adalah orang yang paling penting dalam hidupnya, ibu mengatakan bahwa anggota keluarga bersikap baik terhadap keadaannya saat ini, dan ibu juga mengatakan bahwa sudah siap untuk bersalin sekarang.
b.      Riwayat mensturwasi: menarehe umur 13 tahun, siklus teratur selama 7 hari, tidak ada keluhan, hari pertaha haid terakhir 12 desember 2011.
c.       Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu: G2P1A0, ibu mengatakan dari kehamilan pertama tidak mengalami gangguan dan berjalan lancar, dua persalinan sebelumnya juga berlangsung secara normal di Puskesmas dan dibantu bidan, kehamilan sekarang juga tidak mengalami masalah.
d.      Kehamilan sekarang : G3P2A0 3 hari 38 minggu, sudah imunisasi tetanus 1 dan tetanus 2, ANC 6 kali selama hamil, tidak ada keluhan selama hamil, hanya sering ingin merasa buang air kecil, tidak melakukan pengobatan selama hamil, adakan pergerakan janin sejak umur 4 bulan, rencana perawatan bayi sendiri.
e.       Kesanggupan dalam merawat bayi: brest care, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, namun ibu tidak paham mengenai senam nifas.
f.        Persalinan sekarang : mulai kontraksi pada tanggal 30 agustus 2012 pukul 03.00 WITA secara teratur selama 3 kali dalam 10 menit, keluar darah lendir dari vagina.
g.       Kala persalinan: kala I mulai persalinan tanggal 30 agustus 2012 pukul 06.00 WITA selama 11 jam, kala II mulai tanggal 30 agustus 2012 pukul 17.05 WITA. Berjenis kelamin perempuan, apgar score menit pertama 9,5 menit berikutnya 10, Kala III mulai tanggal 30 agustus 2012 pukul 17.10 WITA, tinggi fundus uteri sejajar pusar, kontraksi uterus baik, lama kala III yaitu 5 menit, kelahiran plasenta spontan, kotiledon lengkap, selaput lengkap, perdarahan selama persalinan kurang lebih 80cc, Kala IV keadaan umum baik, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafsan 20 x /menit, suhu 36 C. Tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan 90 cc. Perineum episotomi heacting 1.
h.      Keadaan bayi: berat badan lahir 3,4 kg, tinggi badan 49 cm, Lingkar dada 30 cm, lingkar kepala 32 cm, pusat normal, anus berlubang, dan tidak ada kelainan
3.      Post Partum Sekarang
Keadaan umum ibu baik, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernfasan 20x/menit, suhu 36 C, tinggi Tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan 90 cc. Perineum episotomi heacting 1. Keadaan bayi: berat badan lahir 3,4 kg, tinggi badan 49 cm, Lingkar dada 30 cm, lingkar kepala 32 cm, pusat normal, anus berlubang, dan tidak ada kelainan
4.      Kebutuhan Dasar Khusus
a.       Pola nutrisi: pola makan baik, ibu makan 3x sehari dengan lauk dan sayur, dan tidak ada makanan ataupun sayuran yang tidak disukai
b.      Pola eliminasi: ibu mengatakan buang air kecil 5 x hingga 6 x sehari, warna kuning kecoklatan dan tidak ada keluahan, buang air besar 1 x sehari berwarna kecoklatan, baunya khas, dan lembek.
c.       Pola personal hygien: ibu mengatakan mandi 3x sehari dengan sabun, sikat gigi 2 x sehari dengan pasta gigi, dan keramas setiap 2 atau 3 hari sekali dengan memakai shampo
d.      Pola istirahat tidur: ibu mengatakan tidur sehari 7-8 jam.
e.       Pola aktifitas dan latihan: ibu mengatakan bahwa dirinya sebagai ibu rumah tangga dan suaminya yang bekerja sebagai pedagang sayur untuk membiayai hidup keluarganya, ibu tidak pernah melakukan olahraga, saat waktu luang digunakan untuk berkumpul bersama keluarga menonton televisi
f.        Pola kebiasaan yang memepengaruhi kesehatan: ibu mengatakan tidak merokok, tidak meminum minuman keras, dan tidak mengalami ketergantunagan terhadap obat-obatan
5.      Pemeriksaan fisik
·         Keadaan umum: baik, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 20x/menit suhu 36 C, berat badan 57 kg, tinggi badan 154 cm.
·         Sistem penglihatan: posisi mata simetris, kelopak mata simetris, pergerakan mata normal, konjuntiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, cornea tidak ada kelainan
·         Sirkulasi jantung: tidak ada bunyi tambahan dan irama bunyi jantung teratur, tidak ada sakit dibagian dada sebeklah kiri
·         Sistem pencernaan: keadaan mulut ada ceries gigi dan tidak terdapat gigi palsu
·         Sistem uro genetalia: buang air kecil 5-6 x sehari terkontrol, sekitar lebih 1000cc, warna kuning kecoklatan.
·         Sistem integumen: turgor kulit sedang, warna kulit sawo matang, tidak kontaraktur pada ekstremitas, tidak ada kedulitan pada pergerakan ekstermitas,
·         Dada dan aksila: mamae membesar, areola mamae berwarna kecoklatan, papilla mamae menonjol, colostrum belum keluar.
6.      Pemeriksan Khusus Abdomen dan Genetalia
·         Abdomen:  Inpeksi : tidak terdapat bekas luka dan bekas operasi, linea alba, Palpasi  :  tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat, kontraksi uterus baik atau keras
·         Genetalia: Inspeksi: terdapat ipisotomi lateralis, lochea berwarnah merah sebanyak kurang lebih 200cc, berbau khas, tidak ada oedema. Palpasi: tinggi fundus uteri setinggi pusar, kondisi vesica urinari baik, tidak terjadi distensi

B.     Data Fokus
Dari pengakajian yang dilakukan diperolah data sebagai berikut:
· Data Obyektif: tekanan darah 130/80 mmHg, pernafasan 20x /menit, nadi 84 x/menit, suhu 36 C, ibu terlihat meringis kesakitan, terdapat heacting 1 pada perineum ibu terpasang infuse pada tangan sebelah kiri
· Data subyektif: ibu mengatakan nyeri pada luka bekas jahitan skala nyeri 6, ibu mengatakan aktifitas gerak terganggu karena saat bergerak terasa sakit
C.      Analisa Data Pasien
Dari data yang telah diperoleh, maka dapat diperoleh analisa data sebagai berikut:
1.      Data obyektif: terdapat heacting pada perineum, itu terlihat meringis menahan sakit. Data obyektif ibu mengatakan terasa nyeri pada bekas jahitan skala nyeri 6. Diagnosa keperawatan: nyeri akut berhubungan dengan trauma perineum, jahitan perineum
2.      Data obyektif: terdapat heacting 1 pada perinium. Data subyektif: ibu mengatakan aktifitas gerak terganggu karena saat bergerak terasa sakit. Diagnosa keperawatan: keterbatasan aktifitas gerak berhubungan dengan nyeri pada luka jahitan perineum.
3.      Data obyektif: ibu terpasang infuse pada tangan kiri, terdapat luka heacting 1 pada perineum. Data subyektif: tidak ada. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi behubungan dengan tindakan invasive, jahitan perineum.




D.     Diagnosa Keperawatan
Dari beberapa data yang ditemukan dalam pengkajian, maka diperoleh 3 diagnosa yang ada, yaitu:
1.      Nyeri akut berhubungan dengan trauma perineum, jahitan perineum
2.      Keterbatasan aktifitas gerak berhubungan dengan nyeri pada luka jahitan perineum
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, jahitan perineum

E.      Rencana Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan
Rasional
Tujuan/Kriteria
intervensi
1
Nyeri akut berhubungan dengan trauma perineum, jahitan perineum

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang atau hilang dengan kreteria hasil pasien merasa tidak nyeri lagi
·  Kaji ulang skala nyeri


· Ajarkan teknik relaksasi


· Motivasi untuk mobilisasi





· Berikan kompres hangat

· Celegasi pemberian analgetik
· Mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
· Untuk mengalihkan perhatian dan rasa nyeri yang dirasakan
· Memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi, dan mengurangi nyeri secara bertahap
· Meningkatkan sirkulasi pada perineum
· Melonggarkan sistem saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2
Keterbatasan aktifitas gerak berhubungan dengan nyeri pada luka jahitan perineum

Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam aktifitas dapat berjalan dengan baik tanpa gangguan denmgan kriteria hasil ibu dapat beraktifitas secara nyaman dan nyeri tidak dirasakan lagi
·  Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap
·  KIE perawatan luka jahitan perinium


·  Anjurkan keluarga untuk membantu ibu dalam melakukan aktifitas
· Meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah
· Mempercepat kesembuhan luka sehingga memudahkan gerak aktivitas
· Agar ibu merasa dapat diperhatikan oleh keluarganya

3
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, jahitan perineum

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam tidak ditemukan tanda infeksi dengan kriteria hasil infeksi tidak terjadi, TTV dalam batas normal
·  Kaji lochea kontraksi uterus, dan kondisi jahitan episiotomi

·  Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam



·  Pantau tanda-tanda vital


·  Lakukan rendam bokong



· Sarankan ibu membersihkan  perineal dari depan ke belakang.
· Untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat
· Pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat perkembangbiakan kuman.
· Peningkatan suhu lebih dari 38 ° C menandakan infeksi
· Untuk memperlancar sirkulasi ke perineum dan mengurangi edema
· Membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vagina



F.      Implementasi
No
Hari/tgl
Jam
No Dx
Implementasi
Evaluasi Tindakan
Paraf
1
Jum’at/ 31 agustus 2012
08.00

08.00

08.00

08.15

08.00
I
·  Kaji ulang skala nyeri
· Ajarkan teknik relaksasi
· Motivasi untuk mobilisasi
· Berikan kompres hangat
·  Celegasi pemberian analgetik
Klien mengatakan masih nyeri,
Klien mengatakan nyeri terasa ringan saat melakukan teknik relaksasi
Klien mengatakan nyeri terasa berkurang setelah pemberian obat analgetik

2
Jum’at/31 agustus 2012
07.15


08.30

08.00
II
·  Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap
·  KIE perawatan luka jahitan perinium
·  Anjurkan keluarga untuk membantu ibu dalam melakukan aktifitas
Klien mengatakan sudah bisa sedikit melakukan pergerakan
Luka sudah mengalami penyembuhan
Keluarga klien mengerti akan instruksi perawat

3
Jum’at 31 agustus 2012
08.00


10.30


08.00

09.30

10.15




III
·  Kaji lochea kontraksi uterus, dan kondisi jahitan episiotomi
·  Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam
·  Pantau tanda-tanda vital
·  Lakukan rendam bokong
·  Sarankan ibu membersihkan  perineal dari depan ke belakang.
Warna lochea merah kekuningan dan tidak terdapat tanda infeksi
Ibu mengatakan menggati pembalut tiap 4 jam
TTV dalam batas normal
Ibu mengatakan membersihkan perineal dari depan ke belakang











G.     Evaluasi Hasil
No
Hari/tanggal
Jam
No Dx
Evaluasi Hasil
Paraf
1
Senin/3 september 2012
08.00
I
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka hasil yang dicapai:
S: Klien mengatakan nyeri sudah berkurang dan tidak dirasakan lagi
O: Klien sudah tidak terlihat meringis lagi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan tindakan

2
Senin 3 September 2012

DX II
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka hasil yang diperoleh:
S: Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi saat beraktifitas
O: Ibu sudah bebas melakukan pergerakan
A: Masalah teratasi
P: Hentikan tindakan

3
Senin/3 september 2012

DX III
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka hasil yang diperoleh :
S:
O: tidak terdapat tanda-tanda infeksi
A: Masalah teratasi’
P: Hentikan tindakan





BAB III
PRNUTUP
A.      Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan pada /ny. S. Selama 3 hari, panulis dapat menarik kesimpulan :
1.      Dalam pengkajian, memakai metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik, dari semua metode yang telah digunakan masing masing metode memiliki kekuatan dan kelemahan yang perlu diperhatikan
2.      Berdasarkan pada data yang berhasil diperoleh melalui pengkajian selama 1 hari, maka diambil 3 diagnosa keperawatan
3.      Dari 3 diagnosa yang diambil, dibuat intervensi untuk masing-masing diagnosa keperawatan
4.      Dalam implementasi, juga berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya dan keluarga, dikarenakan hal tersebut sangatlah penting dalam kelangsungan pemberian asuhan keperawatan sehingga terlaksana asuhan keperawatan yang tepat
5.      Pada saat dilakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan pada Ny. S. Menunjukkan masalah sudah teratasi maka tindakan dihentikan
B.     Saran
Ada beberapa saran yang dapat dijasikan sebagai masukan dalam pemberian asuhan keperawatan agar menjadi lebih baik:
1.      Memperbanyak waktu pendokumentasian dari pengkajian sampai evaluasi
2.      Meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan tim dan tenaga kesehatan agar intervensi yang direncanakan dapat tercapai
3.      Melanjutkan intervensi keperawatan pada prioritas masalah yang belum teratasi dan hentikan tindakan pada masalah yang sudah teratasi