Laman

Selasa, 02 Oktober 2012

ASKEP TUBERKULOSIS PARU


KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan hiudayah – Nya kepada penulis sehingga tugas membuat makalah dari mata kuliah Keperawatan Medikal - Bedah III yang bertemakan penyakit tuberkulosis paru ini dapat selesai dengan baik.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah ini dalam hal ini Ibu husnul Khatisah, S.Kep, Ns, yang telah memberikan tugas ini untuk diselesaikan agar dapat melatih penulis untuk tetap berkarya dan dapat bermamfaat bagi orang lain.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki, maka dari itu penulis bersedi menerima saran dan kritik dari pembaca yang membangun demi perbaikan pembuatan tugas kedepannya. 
Wallahumuafik bitaqwallah wassalamu alaikum wr.wb


                                                                        Palopo, 8 September 2012



                                                                               Kelompok II


 
DAFTAR ISI
Kata Pengantar         ..............................................................................
Daftar Isi           .........................................................................................
Bab Pendahuluan       ...........................................................................
A.   Latar Belakang        ..........................................................................
B.   Rumusan masalah       ....................................................................
C.   Tujuan penulisan       .......................................................................
Bab I Konsep Penyakit       ....................................................................
A.   Defenisi         .....................................................................................
B.   Etiologi         .......................................................................................
C.   Patofisiologi        ...............................................................................
D.   Manifestasi klinik       .......................................................................
E.   Pemeriksaan diagnostik      ............................................................
F.    Komplikasi          ................................................................................
G.   Penatalaksanaan medik      ............................................................
Bab II konsep Asuhan Keperawatan     ..............................................
A.   Pengkajian        .................................................................................
B.   Diagniosa          .................................................................................
C.   Intervensi         ...................................................................................
D.   Implementasi         .............................................................................
E.   Evaluasi         .....................................................................................
Bab Penutup         ...................................................................................
Daftar pustaka        .................................................................................


BAB
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.
Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.
B.        Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada diatas maka kami akan mengangkat beberapa pokok permasalahan sesuai yang telah dipaparkan diatas
C.    Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari tugas ini adalah sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Medikal-Bedal I.




BAB I
KONSEP PENYAKIT

1.  Pengertian
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis, dan ditandai dengan infiltrasi pulmoner, pembentukan granuloma disertai caseation (proses pengeringan dan pembentukan substansi mirip kasein), fibrosis dan kavasitasi. Orang yang tinggal dalam kondisi padat penduduk dan berventilasi buruk memiliki kemungkinan paling besar untuk terinfeksi[1]
Ø  Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
Ø  Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
Ø  Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001).
Ø  Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyaki yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis (id.wikipedia.org).
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe. [2]

2.     Etiologi
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis.[3]
Mycobakterium tuberkulosis itu akan menular dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara, individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi melepaskan droplet besar ( lebih besar dari 100µ) dan kecil (1 sampai 5 µ) droplet yang besar akan menetap, sementara yang kecil tertahan diudara dan dihirup oleh individu.[4]
3.     Patopisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks cerebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas)
Sistem imun tubuh berespon dengan memberikan inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopnemonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan baru yang disebut granulomas yang nerupakan gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian central dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktifasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti kejuke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopnemonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru – paru kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai dengan remisi lama ketika penyakit dihentikan. Hanya supaya diikiuti dengan priode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.[5]







PENYIMPANGAN KDM




















Mycobacterium Tuberculosis
 






Individu terinfeksi TB
 








 









 











 






























 















4.    Manifestasi klinis
Tuberkulosis paru temasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, nerkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap, batuk pada awalnya mungkin nonproduktif tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberkulosis dapat memepunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti prilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam anoreksia dan penurunan berat badan. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman[6]
5.    Pemeriksaan diagnostik
·         Kultur sputum: Positif unutk mycobakterium tuberkulosis pada tahap aktif penyakit
·         Zhiel Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah): Positif untuk basil asam cepat.
·         Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-78 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobakterium yang berbeda.
·         ELISA/Western Bolt: dapat menyatakan adanya HIV
·         Foto torak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luasTB dapat termasuk rongga area fibrosa.
·         Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): positif untuk mycobakterium tuberkulosis
·         Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
·         Elektrosit: dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi: contoh hiponatremiadisebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
·         GDA: dapat normal tergantung lokasi dan berat kerusakan sisa pada paru
·         Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, penigkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen skunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru kronis luas)[7]

6.    Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
v  Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
v  Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
v  Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
v  Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal. [8]

7.    Penatalaksanaan medik
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kometrapi (agens antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan : isoniasid (INH), rifampin (RIF) stretomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin, eteonamid, natrium-para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.
M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang berkembang di seluruh dunia, meski TB yang resisten terhada obattelah teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden dari resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:
·         Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agensantituberkulosis garis depanpada individu yang sebelumnyabelum mendapatkan pengobatan.
·         Resisten obat didapat atau skunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
·         Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja , INH dan RIF
Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang ini setiap agens dibuat dalam pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three in oneyang terdiri atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
Pada awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam terapi awal sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan bagaimanapun tetap dilanjutkan selama 12 bulan. Individu akan dipertimbangkan noninfeksius setelah menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu.
Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang diketahui beresiko terhadap penyakit ignifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari pasien yang berpenyakit aktif. Regimen pengobatan profilatik ini mencakup penggunaan dosis harian INH selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin (vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin dipantau setip bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap basil tahan asam (BTA) untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap terapi.[9]








BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.     Pengkajian
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang lengkap dilakukan. Manifestasi klinik seperti demam, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, keletihan, batuk, dan pembentukan sputum mengharuskan pengkajian fungsi pernapasan yan g ebih menyeluruh. Setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan, jumlah dan warna sekresi, frekuensi dan batuk parah, dan nyeri dada dikaji.
Paru-paru dikaji terhadap konsolidasi dengan mengevaluasi bunyi nafas (menghilang, bunyi bronkial, atau bronkovesikuler, krekles), fremitus, egofoni dan hasil pemeriksaan perkusi (pekek). Pasien dapat juga mengalami perbesaran nodus limfe yang terasa sangat nyeri. Kesiapan emosional pasien untuk belajar, juga persepsi dan pengertiannya tentang tuberkulosis dan pengobatannya juga dikaji. Hasil evaluasi fisik dan laboratorium juga ditelaah.[10]
Data dasar pengkajian pasien:
Aktivitas/Istirahat:
Gejala             :Kelemahan umum dan kelelahan, Nafas pendek     karena kerja, Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil atau berkeringat, Mimpi buruk
Tanda             : takikardia, takipnea, / dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)


Integritas Ego:
Gejala             : Adanya faktor stress lama, Masalah keuangan, rumah, Perasaan tak berdaya tak ada harapan, Populasi budaya etnik
Tanda             : Menyangkal khususnya selama tahap dini, Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
Makanan/Cairan:
Gejala             : tidak ada nafsu makan, Tidak dapat mencerna, Penurunan berat badan.
Tanda             : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, Kehilangan otot, hilang lemak subkutan
Nyeri/kenyamanan:
Gejala             : nyeri dada meningkat karena batuk berulang,
Tanda             : berhati – hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah
Pernafasan:
Gejala             : batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, Riwayat tuberkulosis terpajang pada individu terinfeksi.
Tanda             : peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru), Pengembangan pernafasan tak simetri (efusi pleura). Perkusi pekak dan perkusi pekak dan penurunan premitus. Bunyi nafas menurun tak ada secara bilateral dan unilateral (efusi pleura dan pnemutorak). Bunyi nafas tubuler dan atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Krekles tercatat di atas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek. Karakteristik sputum: Hijau purulen, mukoid kuning, atau bercak darah. Deviasi trakeal, tak perhatian, Mudah terangsang yang nyata, perubahan mental
Keamanan:
Gejala             : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kenker tes HIV positif.
Tanda             : Demam rendah atau sakit panas akut
Interaksi Sosial
Gejala             : Perasaan isolasi, penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab. Perubahan kafasitas fisik untuk melaksanakan peran.
Penyuluhan/ Pembelajaran:
Gejala             : Riwayat keluarga TB, Ketidakmampuan umum atau status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB. Tidak berpartisipasi dalam terapi
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,6 hari
Rencana pemulangan: memerlukan bantuan dengan gangguan dalam terapi obat dan bantuan dalam perawatan diri dan pemeliharaan perawatan rumah.[11]





2.     Diagnosa keperawatan
·         Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat ditandai dengan kelemahan/malnutrisi
·         Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret kental, upaya batuk buruk ditandai dengan bunyi napas tidak normal
·         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, anoreksia ditandai dengan berat badan dibawah 10% - 20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat[12]
·         Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan keletihan, perubahan status nutrisi, dan demam.
·         Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan dan tindakan kesehatan preventif[13]


3.     Perencanaan:
DX I:
Tujuan :
-       mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan    resiko penyebaran infeksi
-       Menunjukkan teknik melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman
Intervensi :Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa
Rasional :Membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengatipan berulang, dan memahami proses penularan penyakit.
Intervensi:Identifikasi orang lain yang beresiko
Rasional:Orang yang terpajang perlu program terapi obat untuk mencegah terjadinya penularan infeksi
Intervensi: anjurkan pasien untuk batuk dan mengeluarkan pada tisu dan membuang pada tempat yang semstinya
Rasional:Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
DX II:
Tujuan :
-       Mempertahankan jalan napas pasien
-       Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi: Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman)
Rasional : Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis, ronki mengi menunjukkan akumulasi sekret yang dapat menimbulkan peningkatan kerja penapasan.
Intervensi:Berikan pasien posisi semi fowler. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
Rasional: Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
Intervensi: Bersihkan sekret dari mulut dan trakea
Rasional: Mencegah obstruksi atau aspirasi
Intervensi : pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi
Rasional: pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret.
Intervensi: berikan obat-obat sesuai indikasi
Rasional: pemberian obat dapat mempercepat proses penyembuhan
DX III
Tujuan: menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi
Intervensi: catat status gizi pasien, turgor kulit, berat badan, intergritas mukosa oral, kemapuan menelan, adanya tunos usus, riawayat diare.
Rasional: berguna dalam mengidentifikasi derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
Intervensi: dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat
Rasional: memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu energi dari makan makanan banyak menurunkan iritasi gaster
DX IV:
Tujuan: meningkatkan toleransi aktivitas
Intervensi: jadwal aktivitas progresif direncanakan
Rasional : untuk memberikan peningkatan toleransi aktivitas dan kekuatan otot

DX V:
Tujuan : untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit dan regimen pengobatan.
Intervensi: penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
Rasional: perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam merawat pasien dengan TB dan keluarganya
Intervensi: kaji pasien terhadap reaksi obat yang merugikan dan ikut serta dalam mensurvei rumah dan lingkungan kerja pasien
Rasional: untuk mengidentifikasi individu lain yang mungkin telah kontak dengan pasien selama tahap infeksius.
4.     Implementasi dan Evaluasi
No
DX
Implementasi
Evaluasi
1
*Mengkaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa
* Mengidentifikasi orang lain yang beresiko
* Menganjurkan pasien untuk batuk dan mengeluarkan pada tisu dan membuang pada tempat yang semestinya
Pasien melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman
2
* Mengkaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman)
*Memberikan pasien posisi semi fowler. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
*Membersihkan sekret dari mulut dan trakea
*Mempertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi
*Memberikan obat-obat sesuai indikasi
Mengeluarkan sekret tanpa bantuan dan menunjukkan perilaku untuk mempertahankan bersihan jalan nafas
3
*Mencatat status gizi pasien, turgor kulit, berat badan, intergritas mukosa oral, kemapuan menelan, adanya tunos usus, riawayat diare.
*Mendorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat
Berat badan meningkat mencapain tujuan normal
4
Menjadwal aktivitas progresif direncanakan

Mempertahankan jadwal aktivitas
5.
* penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
*kaji pasien terhadap reaksi obat yang merugikan dan ikut serta dalam mensurvei rumah dan lingkungan kerja pasien
Melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan efek samping

DAFTAR PUSTAKA
E. Doenges marilynn
Keperawatan Medikal Bedal Vol. 1
Nursing memahami berbagai macam penyakit
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf

























[1] Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit halaman 636
[2] http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf
[3] http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf
[4] Keperawatan medikal bedal hal 584-585
[5] Keperawatan medikal bedah hal 585
[6] Keperawatan Medikal Bedah halaman 585
[7] Rencana Asuhan Keperawatan Marilynn E. Doenges halaman 241-242
[8] http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf
[9] Keperawatan Medikal Bedah halaman 586-587
[10] Keperawatan Medikal Bedal halaman 587
[11] Rencana Asuhan Keperawatan Marilynn E. Doenges halaman 240-241
[12] Rencana Asuhan Keperawatan Marilynn E. Doenges halaman 242-246

[13] Keperawatan Medikal Bedah halaman 589 dan 591

Tidak ada komentar:

Posting Komentar