KATA PENGANTAR
Assalamu
Alaikum wr.wb
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hiudayah – Nya kepada penulis sehingga tugas membuat makalah dari
mata kuliah Keperawatan Medikal - Bedah III yang bertemakan penyakit
tuberkulosis paru ini dapat selesai dengan baik.
Ucapan
terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah ini dalam hal
ini Ibu husnul Khatisah, S.Kep, Ns, yang telah memberikan tugas ini untuk
diselesaikan agar dapat melatih penulis untuk tetap berkarya dan dapat
bermamfaat bagi orang lain.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu
untuk diperbaiki, maka dari itu penulis bersedi menerima saran dan kritik dari
pembaca yang membangun demi perbaikan pembuatan tugas kedepannya.
Wallahumuafik
bitaqwallah wassalamu alaikum wr.wb
Palopo,
8 September 2012
Kelompok II
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ..............................................................................
Daftar
Isi .........................................................................................
Bab
Pendahuluan ...........................................................................
A.
Latar Belakang ..........................................................................
B.
Rumusan masalah ....................................................................
C. Tujuan
penulisan .......................................................................
Bab
I Konsep Penyakit ....................................................................
A.
Defenisi .....................................................................................
B.
Etiologi .......................................................................................
C.
Patofisiologi ...............................................................................
D.
Manifestasi klinik .......................................................................
E.
Pemeriksaan diagnostik ............................................................
F.
Komplikasi ................................................................................
G. Penatalaksanaan
medik ............................................................
Bab
II konsep Asuhan Keperawatan ..............................................
A.
Pengkajian .................................................................................
B.
Diagniosa .................................................................................
C.
Intervensi ...................................................................................
D.
Implementasi .............................................................................
E. Evaluasi .....................................................................................
Bab
Penutup ...................................................................................
Daftar
pustaka .................................................................................
BAB
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Penyakit TB Paru
merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini
dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang
yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah, kurang
gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama penderita TBC.
Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil
besar bagi seseorang terjangkit TBC.
Penyakit Tuberkulosis
dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi berkaitan cara
pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini memiliki prevalensi
yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk
jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140
ribu lainnya meninggal.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang
ada diatas maka kami akan mengangkat beberapa pokok permasalahan sesuai yang
telah dipaparkan diatas
C.
Tujuan
penulisan
Adapun tujuan dari tugas ini adalah
sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Medikal-Bedal I.
BAB
I
KONSEP
PENYAKIT
1. Pengertian
Tuberkulosis
(TB) merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh mycobakterium
tuberculosis, dan ditandai dengan infiltrasi pulmoner, pembentukan granuloma
disertai caseation (proses pengeringan dan pembentukan substansi mirip kasein),
fibrosis dan kavasitasi. Orang yang tinggal dalam kondisi padat penduduk dan
berventilasi buruk memiliki kemungkinan paling besar untuk terinfeksi[1]
Ø Tuberkulosis
(TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis sistemis
sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
Ø Tuberkulosis
paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
Ø Tuberkulosis
paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
(Smeltzer, 2001).
Ø Tuberkulosis
atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyaki
yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis (id.wikipedia.org).
Berdasarkan
beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa
tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat
mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe. [2]
2.
Etiologi
Agens
infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan
ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman
mycobakterium tuberkulosis.[3]
Mycobakterium
tuberkulosis itu akan menular dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara,
individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi
melepaskan droplet besar ( lebih besar dari 100µ) dan kecil (1 sampai 5 µ)
droplet yang besar akan menetap, sementara yang kecil tertahan diudara dan
dihirup oleh individu.[4]
3.
Patopisiologi
Individu
rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan
mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks cerebri), dan area
paru-paru lainnya (lobus atas)
Sistem
imun tubuh berespon dengan memberikan inflamasi. Fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik tuberkulosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopnemonia. Infeksi awal
biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
Massa
jaringan baru yang disebut granulomas yang
nerupakan gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati, dikelilingi oleh
makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa
jaringan fibrosa. Bagian central dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon.
Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju.
Massa ini dapat mengalami klasifikasi membentuk skar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah
pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif
dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktifasi bakteri dorman. Dalam
kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti kejuke dalam bronki.
Bakteri kemudian menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit
lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru
yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya
bronkopnemonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya.
Kecuali
proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah
ke hilum paru – paru kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin
berkepanjangan dan ditandai dengan remisi lama ketika penyakit dihentikan. Hanya
supaya diikiuti dengan priode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10%
individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.[5]
PENYIMPANGAN
KDM
|
|||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||
4.
Manifestasi
klinis
Tuberkulosis paru temasuk insidius. Sebagian
besar pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan
berat badan, nerkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap, batuk pada
awalnya mungkin nonproduktif tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum
mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberkulosis dapat memepunyai manifestasi
atipikal pada lansia, seperti prilaku tidak biasa dan perubahan status mental,
demam anoreksia dan penurunan berat badan. Basil TB dapat bertahan lebih dari
50 tahun dalam keadaan dorman[6]
5.
Pemeriksaan
diagnostik
·
Kultur sputum: Positif unutk mycobakterium
tuberkulosis pada tahap aktif penyakit
·
Zhiel Neelsen (pemakaian asam cepat pada
gelas kaca untuk usapan cairan darah): Positif untuk basil asam cepat.
·
Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer):
Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-78 jam setelah
injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi
tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada
pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan
atau infeksi disebabkan oleh mycobakterium yang berbeda.
·
ELISA/Western Bolt: dapat menyatakan adanya
HIV
·
Foto torak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi
awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi
cairan. Perubahan menunjukkan lebih luasTB dapat termasuk rongga area fibrosa.
·
Histologi atau kultur jaringan (termasuk
pembersihan gaster, urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): positif
untuk mycobakterium tuberkulosis
·
Biopsi jarum pada jaringan paru: positif
untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
·
Elektrosit: dapat tak normal tergantung pada
lokasi dan beratnya infeksi: contoh hiponatremiadisebabkan oleh tak normalnya
retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
·
GDA: dapat normal tergantung lokasi dan berat
kerusakan sisa pada paru
·
Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas
vital, peningkatan ruang mati, penigkatan rasio udara residu dan kapasitas paru
total, dan penurunan saturasi oksigen skunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru
kronis luas)[7]
6.
Komplikasi
Menurut
Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
v Hemoptisis
berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
v Atelektasis
(paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi
bronchial.
v Bronkiektasis
(pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
v Penyebaran
infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal. [8]
7.
Penatalaksanaan
medik
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan
agens kometrapi (agens antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. 5
medikasi garis depan digunakan : isoniasid (INH), rifampin (RIF) stretomisin
(SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin,
eteonamid, natrium-para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisin merupakan
obat-obat baris kedua.
M. Tuberculosis yang resisten terhadap
obat-obatan terus menjadi isu yang berkembang di seluruh dunia, meski TB yang
resisten terhada obattelah teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden dari
resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten
obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:
·
Resisten obat primer adalah resisten terhadap
satu agensantituberkulosis garis depanpada individu yang sebelumnyabelum
mendapatkan pengobatan.
·
Resisten obat didapat atau skunder adalah
resisten terhadap satu atau lebih agens antituberkulosis pada pasien yang
sedang menjalani terapi.
·
Resisten banyak obat adalah resisten terhadap
dua agens, sebut saja , INH dan RIF
Pengobatan
yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa adalah
regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan dengan INH
dan RIF dilanjutkan untuk tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang ini
setiap agens dibuat dalam pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three
in oneyang terdiri atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan
memberikan dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen
pengobatan.
Pada
awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam terapi awal sampai
pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan bagaimanapun tetap
dilanjutkan selama 12 bulan. Individu akan dipertimbangkan noninfeksius setelah
menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu.
Isoniasid
(INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang diketahui
beresiko terhadap penyakit ignifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari
pasien yang berpenyakit aktif. Regimen pengobatan profilatik ini mencakup
penggunaan dosis harian INH selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek
samping, dapat diberikan piridoksin (vitamin B6). Enzim-enzim hepar,
nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin dipantau setip bulan. Hasil
pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap basil tahan asam (BTA) untuk
mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap terapi.[9]
BAB
II
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik yang lengkap dilakukan. Manifestasi klinik
seperti demam, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, keletihan,
batuk, dan pembentukan sputum mengharuskan pengkajian fungsi pernapasan yan g
ebih menyeluruh. Setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan, jumlah
dan warna sekresi, frekuensi dan batuk parah, dan nyeri dada dikaji.
Paru-paru
dikaji terhadap konsolidasi dengan mengevaluasi bunyi nafas (menghilang, bunyi
bronkial, atau bronkovesikuler, krekles), fremitus, egofoni dan hasil
pemeriksaan perkusi (pekek). Pasien dapat juga mengalami perbesaran nodus limfe
yang terasa sangat nyeri. Kesiapan emosional pasien untuk belajar, juga
persepsi dan pengertiannya tentang tuberkulosis dan pengobatannya juga dikaji.
Hasil evaluasi fisik dan laboratorium juga ditelaah.[10]
Data
dasar pengkajian pasien:
Aktivitas/Istirahat:
Gejala :Kelemahan
umum dan kelelahan, Nafas pendek karena
kerja, Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil atau
berkeringat, Mimpi buruk
Tanda :
takikardia, takipnea, / dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak
(tahap lanjut)
Integritas
Ego:
Gejala :
Adanya faktor stress lama, Masalah keuangan, rumah, Perasaan tak berdaya tak
ada harapan, Populasi budaya etnik
Tanda :
Menyangkal khususnya selama tahap dini, Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
Makanan/Cairan:
Gejala :
tidak ada nafsu makan, Tidak dapat mencerna, Penurunan berat badan.
Tanda :
Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, Kehilangan otot, hilang lemak
subkutan
Nyeri/kenyamanan:
Gejala :
nyeri dada meningkat karena batuk berulang,
Tanda :
berhati – hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah
Pernafasan:
Gejala :
batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, Riwayat tuberkulosis
terpajang pada individu terinfeksi.
Tanda :
peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru),
Pengembangan pernafasan tak simetri (efusi pleura). Perkusi pekak dan perkusi
pekak dan penurunan premitus. Bunyi nafas menurun tak ada secara bilateral dan
unilateral (efusi pleura dan pnemutorak). Bunyi nafas tubuler dan atau bisikan
pektoral diatas lesi luas. Krekles tercatat di atas apek paru selama inspirasi
cepat setelah batuk pendek. Karakteristik sputum: Hijau purulen, mukoid kuning,
atau bercak darah. Deviasi trakeal, tak perhatian, Mudah terangsang yang nyata,
perubahan mental
Keamanan:
Gejala :
Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kenker tes HIV positif.
Tanda :
Demam rendah atau sakit panas akut
Interaksi
Sosial
Gejala :
Perasaan isolasi, penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam
tanggung jawab. Perubahan kafasitas fisik untuk melaksanakan peran.
Penyuluhan/
Pembelajaran:
Gejala :
Riwayat keluarga TB, Ketidakmampuan umum atau status kesehatan buruk, gagal
untuk membaik/kambuhnya TB. Tidak berpartisipasi dalam terapi
Pertimbangan:
DRG
menunjukkan rerata lama dirawat: 6,6 hari
Rencana
pemulangan: memerlukan bantuan dengan gangguan dalam terapi obat
dan bantuan dalam perawatan diri dan pemeliharaan perawatan rumah.[11]
2.
Diagnosa
keperawatan
·
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan
dengan pertahanan primer tidak adekuat ditandai dengan kelemahan/malnutrisi
·
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan adanya sekret kental, upaya batuk buruk ditandai dengan
bunyi napas tidak normal
·
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelemahan, anoreksia ditandai dengan berat badan dibawah 10%
- 20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat[12]
·
Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan
keletihan, perubahan status nutrisi, dan demam.
·
Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan
dan tindakan kesehatan preventif[13]
3.
Perencanaan:
DX
I:
Tujuan :
- mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah/ menurunkan
resiko penyebaran infeksi
- Menunjukkan
teknik melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman
Intervensi :Kaji patologi
penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk,
bersin, meludah, bicara, tertawa
Rasional :Membantu pasien
menyadari perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengatipan
berulang, dan memahami proses penularan penyakit.
Intervensi:Identifikasi
orang lain yang beresiko
Rasional:Orang
yang terpajang perlu program terapi obat untuk mencegah terjadinya penularan
infeksi
Intervensi:
anjurkan
pasien untuk batuk dan mengeluarkan pada tisu dan membuang pada tempat yang
semstinya
Rasional:Perilaku
yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
DX II:
Tujuan
:
- Mempertahankan
jalan napas pasien
- Mengeluarkan
sekret tanpa bantuan
Intervensi: Kaji
fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman)
Rasional : Penurunan
bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis, ronki mengi menunjukkan akumulasi
sekret yang dapat menimbulkan peningkatan kerja penapasan.
Intervensi:Berikan
pasien posisi semi fowler. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
Rasional: Posisi
membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi
maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan
napas besar untuk dikeluarkan.
Intervensi: Bersihkan
sekret dari mulut dan trakea
Rasional: Mencegah
obstruksi atau aspirasi
Intervensi :
pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi
Rasional:
pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret.
Intervensi:
berikan obat-obat sesuai indikasi
Rasional:
pemberian obat dapat mempercepat proses penyembuhan
DX III
Tujuan: menunjukkan
berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan
bebas tanda malnutrisi
Intervensi: catat
status gizi pasien, turgor kulit, berat badan, intergritas mukosa oral,
kemapuan menelan, adanya tunos usus, riawayat diare.
Rasional:
berguna dalam mengidentifikasi derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi
yang tepat.
Intervensi:
dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat
Rasional:
memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu energi dari makan
makanan banyak menurunkan iritasi gaster
DX IV:
Tujuan: meningkatkan
toleransi aktivitas
Intervensi:
jadwal aktivitas progresif direncanakan
Rasional
:
untuk memberikan peningkatan toleransi aktivitas dan kekuatan otot
DX
V:
Tujuan :
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit dan regimen pengobatan.
Intervensi:
penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
Rasional:
perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam merawat pasien dengan TB dan
keluarganya
Intervensi:
kaji pasien terhadap reaksi obat yang merugikan dan ikut serta dalam mensurvei
rumah dan lingkungan kerja pasien
Rasional:
untuk mengidentifikasi individu lain yang mungkin telah kontak dengan pasien
selama tahap infeksius.
4.
Implementasi
dan Evaluasi
No
DX
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
|
*Mengkaji patologi penyakit dan
potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin,
meludah, bicara, tertawa
* Mengidentifikasi orang lain yang beresiko
* Menganjurkan pasien untuk batuk dan mengeluarkan pada
tisu dan membuang pada tempat yang semestinya
|
Pasien melakukan
perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman
|
2
|
* Mengkaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama
dan kedalaman)
*Memberikan pasien posisi semi
fowler. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
*Membersihkan sekret dari mulut
dan trakea
*Mempertahankan masukan cairan
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi
*Memberikan obat-obat sesuai
indikasi
|
Mengeluarkan sekret
tanpa bantuan dan menunjukkan perilaku untuk mempertahankan bersihan jalan
nafas
|
3
|
*Mencatat status gizi pasien,
turgor kulit, berat badan, intergritas mukosa oral, kemapuan menelan, adanya
tunos usus, riawayat diare.
*Mendorong makan sedikit dan
sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat
|
Berat badan
meningkat mencapain tujuan normal
|
4
|
Menjadwal aktivitas progresif
direncanakan
|
Mempertahankan
jadwal aktivitas
|
5.
|
* penyuluhan pasien dan
pertimbangan perawatan dirumah.
*kaji pasien terhadap reaksi
obat yang merugikan dan ikut serta dalam mensurvei rumah dan lingkungan kerja
pasien
|
Melakukan
langkah-langkah untuk meminimalkan efek samping
|
DAFTAR PUSTAKA
E. Doenges marilynn
Keperawatan Medikal Bedal
Vol. 1
Nursing memahami berbagai
macam penyakit
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf
[1] Nursing
Memahami Berbagai Macam Penyakit halaman 636
[2] http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf
[3] http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf
[4] Keperawatan
medikal bedal hal 584-585
[5] Keperawatan
medikal bedah hal 585
[6]
Keperawatan Medikal Bedah halaman 585
[7] Rencana
Asuhan Keperawatan Marilynn E. Doenges halaman 241-242
[8] http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf
[9] Keperawatan
Medikal Bedah halaman 586-587
[10]
Keperawatan Medikal Bedal halaman 587
[11] Rencana
Asuhan Keperawatan Marilynn E. Doenges halaman 240-241
[12] Rencana
Asuhan Keperawatan Marilynn E. Doenges halaman 242-246
[13]
Keperawatan Medikal Bedah halaman 589 dan 591
Tidak ada komentar:
Posting Komentar