Laman

Selasa, 02 Oktober 2012

ASKEP DISPEPSIA


BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri dari rasa sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung.
Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :
1. lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :
a.) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esophagus.
b.) Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.
c.) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kurva tura minor (lengkung kelenjar).
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran limfe.
4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan.
















b. Fisiologi
Fisiologi Lambung :
1. Mencerna makanan secara mekanikal.
2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirobah menjadi polipeptida
4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL.
6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.
3. Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
5. Manifestasi Klinik
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
6. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
7. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
9. Test Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
2. Dampak Dispepsia Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
4. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler
3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung
4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya
5. Observasi TTV tiap 24 jam
6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik
1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik
4. mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
5. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI
RASIONAL
1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
2. Timbang BB klien
3. Berikan makanan sedikit tapi sering
4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
6. Monitor intake dan output secara periodik.
7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).
1. Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan
2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3. meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit
2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat
3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik
4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan
5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV
1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
3. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut
4. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil
5. Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektroli
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya
3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
4. Berikan dorongan spiritual
1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya
2. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tundakan yang diberikan
3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam perawatannya.
4. Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi
DATAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta, EGC
Price & Wilson, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC
Warpadji Sarwono, et al, 1996, Ilmu penyakit dalam, Jakarta, FKUI

ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA
I. PENGKAJIAN
  1. A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
Nama                                         : Tn. H
Jenis kelamin                         : Laki-laki
Umur                                         : 27 tahun
Alamat                                      : Jl. Veteran
Pekerjaan                                 : Swasta
Status perkawinan                : Kawin
Agama                                       : Islam
Tanggal masuk RS                 : 22 Agustus 2010
Tanggal Pengkajian              : 23 Agustus 2010
Diagnosa Medis                     : Dispepsia
No. RM                                     : 17 19 71
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama                                         : Tn. M
Jenis kelamin                         : Laki-laki
Umur                                         : 38 tahun
Pekerjaan                                 : Swasta
Alamat                                      : Jl. Sungai lulut
Hubungan dengan klien    : kaka klien
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 23 Agustus 2010, klien mengeluh nyeri pada abdomen atas dan merasa mual.
2. Riwayat Kesehatan/ penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelum kien masuk rumah sakit pada tanggal 22 Agustus 2010 klien sedang berpusa, kemudian ketika klien berbuka puasa dengan minum penyegar berupa Adam sari (cairan yang asam), klien tidak ada makan dan merasa nyeri pada abdomen, kemudian klien minum obat puyer dan nyerinya bertambah dan rasanya sangat hebat, lalu klien langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam Banjarmasin diruang Al Biruni Al Kindi pada tanggal 22 Agustus 2010.
3. Riwayat Kesehatan/ penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya juga pernah mengalami nyeri pada abdomennya, namun tidak terlalu lama dan tidak sampai dibawa ke Rumah Sakit.
4.Riwayat Kesehatan/ penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan ibu klien juga pernah mengalami hal seperti apa yang dirasakan klien, tapi tidak sampai masuk Rumah Sakit dan tidak separah klien.
C. PEMERIKSAAN FISIK
  1. Keadaan Umum
Kilen tampak lemah dan terbaring ditenpat tidur, tingkat kesadran klien Composmentis dengan GCS 4, 5, 6.
Ket : 4 (Respon membuka mata spomtan)
5 (Respon verbal orientasi baik)
6 (Respon motorik mengikuti perintah)
Hail TTV klien :
TD   : 110/ 60 mmHg
N     : 100 x/menit
R      : 20 x/menit
S      : 38°C
Data Antropmetrik
BB   : 50 kg
TB   : 165 cm
LLA     : 23 cm
BBI      : 58.5 kg
2. Kulit
ur kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit teraba agak lembab, tidak terdapat lesi atau luka pada kulit, turor kulit kembali ± 2 detik, kulit teraba hagat dengan suhu 38°C, warna kulit kuning langasat.
3. Kepala  dan Leher
Tekstur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik tidak terapat ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada benjolan pada kepala, pada leher tidak ada pembeasran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, leher dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri.
4. Penglihatan dan Mata
Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik (tidak ada secret yang menempel paa mata), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada kelainan pada mata seperti strabismus (juling), mata dapat digerakan kesegala arah, tidak ada kelainan dalam penglihatan, kilen tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata
5. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung tampak simetris, kebersiahn hidnubg baik, tidak ada secret didalam hidung, tidak ada peradangan, perdarahan, dan  nyeri, fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau minyk kayu putih denga alkohol)
6. Pendengaran dan Telinga
Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak ada serumyang keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien mengtakan telinganya tidak berdengun, fungsi pendengaran baik(kilen dapat menjawab pertanyaan dengan bai tanpa harus mengulang pertanyaan), klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Mulut dan Gigi
Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, kebersihan mulut dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan dan perdarahan pada gusi, lidah tapak bersih dan klien tidak meggunakan gigi palsu.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada nyeri tekan pada dada, klien bernafas melalui hidung, tidak ada terdengar bunyi nafas tambahan seperti wheezing atau ronchi, CRT kembali ± 3 detik.
9. Abdomen
Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak ada benjolan), saat diperkusi terdenagr bunyi hipertimpani.Klien mengatakan perutnya terasa kembung, saat dipalpasi terdapat nyeri tekan, klien mengatakan nyeri didaerah abdomen pada bagin atas. Klien mengatakn skala nyerinya 3 dan seperi disuk-tusuk, serta nyerinya bisa berjam-jam.
10.  Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki dan klien tida ada keluhan atau gangguanpada sistem reproduksi.
11.  Ekstremitas Atas dan Bawah
Struktur ekstermitas atas dan bawah (kiri dan kanan) simetris, tidak ada kelainan bentuk, pada tangan kanan terpasang infis RL 20 ttpm, klien tampak lemah, skala kekuatan otot
Ket :
0      : Parlisis total
1      :  Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2      : Gerakan otot penuh menantang gravitasi dengan sokongan
3      : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
4      : Gerakan noramal penuh memntang gravitasi dengan sediikt tahanan
5      : Gerakan normal penuh mentang gravitasi dengan tahanan.
Skala aktivitas 2
Ket :
0            : Ketidaktergantungan secara keseluruhan
1            : Membutuhkan penggunaan alat bantu
2            : Membutuhka bantuan minimal
3            : Membutuhkan bantuan atau beberapa pengawasan
4            : Membutuhkan pengawasan total
5            : membutuhka bantuan total
D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
  1. Aktivitas dan Istirahat
Dirumah           : klien mengatakan sebelum sakit melakukan aktivitas sehari-hari yaitu sebagai sopir. Klie mengatakan tidur siang dan tidur malamnya ± 8 jam. Saat klien tidur siang ± 2 jam dan tidur malamnya ± 9 jam.
Di RS               : Kien tampakm lemah dan hanya berbaring ditempat tidur. Klien mengatakan tidurnya sangat jarang dan hany dapat tidur ± 1 jam kadang-kadang, serta tidurnya tidak puas.
2. Personal Hygiene
Di rumah          : Klien mengatakan mandinya 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan memotong kuku apabila panjang.
Di RS               :  Klien mengatakan tidak menggosok gigi tapi hanya berkumur-kumur saja dan klien hanya diseka oleh isterinya di pagi hari.
3. Nutrisi
Dirumah       : Klien mengatkan makan 2x sehari karena sedang bulan  puasa dan klien mengatakan minumnya 6-7 gelas sehari
Di RS           : Klien megatakn maknnya sangat jarang dan tidak nafsu, klien hanya dapat makan ± 5 sendok makn, klien mengatakan merasa mual dan minum jarang  ±  5-6 gelas sehari.
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
Dirumah       : Klien mengatakan BAB lancar dan BAK tidak menentu, feses klien padat dan lembek.
Di RS           : klien mengatakan tidak ada BAB dan BAK hanya 1 kali,
6. Seksulitas
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak.
7. Psikososial
Psikologi klien tampak ramah dan sopan, hubungan klien dengan keluarga, perawat, dokter dan tim medis lainnya baik
8. Spiritual
Klien beragama Islam dan klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
E. DATA FOKUS
a. Data Subjektif
  • Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)
  • Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan
  • Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
  • Klien mengatakan nyerinya bisa berjam-jam
  • Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan
  • Klien mengatakan tidak nafsu makan
  • Klien mengatakan hanya menghabiskan 5 sendok makan
  • Klien mengatakan mual
  • Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri
  • Klien mengatkan skala nyerinya 3
b. Data Objektif
Inspeksi  :
  • Klien tampak meringis kesakitan
  • Skala nyeri 3 (berat)
  • Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
  • Mukosa bibir klien tampak kering
  • Skala aktivitas 2
Auskultasi :
  • TD : 110/60 mmHg
Perkusi :
  • Abdomen terdengar hipertimpani
Palpasi :
  • Kulit klien teraba hangat dngan suhu 38°C
  • Nadi : 100x / menit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil

Satuan
GDS

Test faal hati
SGOP
SGPT
Test faal ginjal
Creatinina
Blood urea
115.8
31.5
28.7
0.6
16.6
Up to 120
L Up to 37, P Up to
Up to 37
1.1-0.6
10-50
Mg/dl
m/l
m/l

Coba
Result

Normal
WBC
LYM
MID
GRA
LY%
MI%
GR%
17.2
0.59
0.30
16.4
3.4
1.8
94.8
10ˆ3 / ml
10ˆ3 / ml
10ˆ3 / ml
10ˆ3 / ml
%
%
%

RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDWc
4.79
13.9
43.9
92
29
31.6
17.3
10ˆ6 / ml
g/ dl
%
fl
pg
g/ dl
%

PLT
PCT
MPV
PDWc
296
0.27
9
35.3
10ˆ3 / ml
%
fl
%

G.
TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)
  • Inj. Invomit 8 mg 3x 1 amp
  • Inj. GASTRIDIN 2×1 amp
  • Inj. Lantipain 30 mg (now)
  • Inj Gastridin 1 amp (now)
  • Infus RL 20 tetes/menit
II. ANALISA DATA
NO
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
1.
DS :
  • Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)
  • Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan
  • Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
  • Klien mengatakan nyerinya bisa berjam-jam
  • Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan
DO:
  • Klien tampak meringis kesakitan
  • Skala nyeri 3 (berat)
Nyeri akut
Iritasi pada mukosa lambung

2.
DS :
  • Klien mengatakan tidak nafsu makan
  • Klien mengatakan hanya menghabiskan 5 sendok makan
  • Klien mengatakan mual
DO :
  • Mukosa bibir klien tampak kering
  • Abdomen terdengar hipertimpani
  • Data Antropometrik
BB   : 50 kg
TB   : 165 cm
LLA : 23 cm
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Anoreksia
3.
DS :
  • Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri
DO :
  • Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
  • Skala aktivitas 2
Intoleransi aktivitas
Tirah baring/ imobilisasi

Prioritas Masalah:
  1. Nyeri akut berhubungan dengan iritsi pada mukosa lambung.
  2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia.
  3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tirah baring/ imobilisasi.
III. PERENCANAAN
NO
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Senin,
23 Agustus
2010
Nyeri b.d Iritasi pada mukosa lambung ditandai dengan
  • Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)
  • Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan
  • Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
  • Klien mengatakan nyerinya bisa berjam-jam
  • Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan
  • Klien tampak meringis kesakitan
  • Skala nyeri 3 (berat)
Nyeri akut teratasi selama 3 hari perawatan dengan kriteria evaluasi :
  • Klien tidak lagi merasa adanya nyeri
  • Klien tidk lagi tampak meringis kesakitan
  • Skla nyeri 0
  1. Kaji status nyeri
  1. Observasi TTV
  1. berikan kompres hangat
  1. berikan posisi nyaman
  1. kolaborasi dengan pemberian obat analgetik
  2. berguna dalam pengawasan kefektifan obat dan kemajuan penyembuhan.
  3. mengetahui pengaruh nyeri terhadap TTV
  4. Meningkatan peredaran darah dengan vasodilatasi dapat mengurangi rasa nyeri
  5. posisi yang cepat membuat nyeri tida terasa
  6. mengurangi rsa nyeri/ dapat terkontrol

2.
Senin,
23 Agustus
2010
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia ditandai dengan
  • Klien mengatakan tidak nafsu makan
  • Klien mengatakan hanya menghabiskan 5 sendok makan
  • Klien mengatakan mual
  • Mukosa bibir klien tampak kering
  • Abdomen terdengar hipertimpani
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi selama 3 hari perawatan dengan kriteria evaluasi :
  • Klien mengatakan menghabiskan porsi makanan yang disediakan RS
  • Klien mengatakan tidak mual lagi
  • Mukosa bibir tampak lembab
  • Abdomen terdengar timpani
  1. Kaji status nutrisi
  1. Timbang BB tiap hari
  1. Ajarkan makan sedikit tapi sering
  1. kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi
  1. menunjukkan faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
  2. membantu mementukan keseimbangan cairan
  3. dapat menurunkan asam lambung
  4. menganalisa penyebab melaksanakan intervensi
3
Senin,
23 Agustus
2010
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tirah baring/ imobilisasi ditandai dengan
  • Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri
  • Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
  • Skala aktivitas 2
Intoleransi aktivitas teratasi selama 3 hari perawatan dengan kriteria evaluasi :
  • Klien dapat beraktivitas secara mandiri
  • Klien tidak lagi tampak lemah
  • Skala aktivitas 0
  1. kaji tingkat toleransi aktivitas
  2. berikan lingkungan yang tenang
  3. anjurkan untuk membatasi aktivitas dan melakukan perawatan  sesuai kebutuhan
  4. untuk mengetahui seberapa besar toleransi klien dalam beraktivitas
  5. meningkatkan periode istirahat klien shingga meminimalisis kelelahan
  6. aktivitas yang berlebihan mengakibatkan kelelahan dan proses penyakit.

IV. IMPLEMENTASI
NO
HARI/
TANGGAL
PUKUL
NO.
DX
IMPLEMENTASI
EVALUASI
TINDAKAN
PARAF
1.
Senin,
23 Agustus
2010
08.30
09.15
09.00
I
  1. mengkaji status nutrisi
  1. mengobservasi TTV
  1. Memberikan kompres hangat
  1. klien mengatakan nyeri pada abdomen da nyerinya seperti ditusuk-tusuk selama berja-jam
  2. Hail TTV klien :
TD     : 110/ 60 mmHg
N       : 100 x/menit
R       : 20 x/menit
S        : 38°C
  1. Klien mengatakan nyerinya berkurang.

2.
Senin,
23 Agustus
2010
08.30
08.30
08.30
II
  1. mengkaji status nutrisi
  1. mengobservasi penyebab tidak nafsu makan
  2. menganjurkan makan sedikit tapi sering
  1. klien mengatakan hanya dapat menghabiskan 5 sendok makn
  2. klien mengatakn tidak nafsu makn karena mual
  3. klien mengatkan apabila tidak mual dan nyeri akan makan

3.
Senin,
23 Agustus
2010
09.00
09.01
III
  1. mengkaji tingkat toleransi aktivitas
  1. menganjurkan untuk membatasi aktivitas dan melakukan perawatan sesuai kebutuhan
  1. Aktivitas klien 2 (dengan bantuan orang lain)
  2. klien memahami agar terhindar dari kelelahan

V. EVALUASI
NO
HARI/
TANGGAL
PUKUL
NO.
DX
Evaluasi hasil
PARAF
1.
Senin,
23 Agustus
2010
09.00
I
S : klien mengatakan nyeri pada abdomen dan nyerinya seperti ditusuk-tusuk selama berjam-jam.
O : klien tampak meringis kesakitan.
A : maslah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
  • kaji status nyeri
  • observasi ttv
  • berikan kompres hangat



08.15
II
S : klien mengatakan hanya dapat menghabiskan 5 sendok makan
O :  Mukosa bibir klien tampak kering dan abdomen terdengar hipertimpani
A:  masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
  • kaji status nutrisi
  • anjurkan makan sedikit tapi sering



08.45
III
S : klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas
O: klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
A: masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
  • kaji skala aktivitas

  1.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar