BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A.
Konsep Dasar Medik
1.
Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri dari rasa sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada dan regurgitasi asam
lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal :
488). Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non
ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
2.
Anatomi dan Fisiologi
a.
Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat
dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila
penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai
2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum
pilorus. Sebelah atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri
bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter kedua ujung lambung mengatur
pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah,
mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung
memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia
dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi
makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan
mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung.
Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :
1. lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :
a.) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot
esophagus.
b.) Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta
membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.
c.) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan berjalan
dari orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kurva tura minor
(lengkung kelenjar).
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh
darah dan saluran limfe.
4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas
banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi
makanan.
b.
Fisiologi
Fisiologi Lambung :
1. Mencerna makanan secara mekanikal.
2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL
gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus, HCL
(hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi
langsung masuk kedalam aliran darah.
3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein
dirobah menjadi polipeptida
4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,
alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung oleh
HCL.
6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung)
kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi
peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.
3.
Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang
lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
5.
Manifestasi Klinik
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
6.
Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan
lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan.
7.
Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan
obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar
dan tidak mengganggu fungsi lambung.
8.
Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda,
obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70
% kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung)
golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik
(mencegah terjadinya muntah)
9. Test
Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala
dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain
pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi,
USG, dan lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran
makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi
alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada
kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada
dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
B.
Konsep Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di
ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang,
perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari
lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan
kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain,
perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut
terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa
keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
2.
Dampak Dispepsia Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
3.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada
klien dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya
mual, muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
4.
Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria
klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler
3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja
asam lambung
4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya
5. Observasi TTV tiap 24 jam
6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik
|
1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi telentang
3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas
peristaltik
4. mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
5. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi
terapi lain
|
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang
diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
2. Timbang BB klien
3. Berikan makanan sedikit tapi sering
4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat
mual/rnuntah atau diare.
5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
6. Monitor intake dan output secara periodik.
7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang
Air Besar (BAB).
|
1. Untuk
mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan
2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3. meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat
Berguna dalam
pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet
klien.
6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan intake nutrisi.
|
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya
mual, muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan
keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit
baik.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Awasi
tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor
kulit
2. Awasi
jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat
3.
Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan
laksatif/diuretik
4.
Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan
optimal misalnya : jadwal masukan cairan
5.
Berikan/awasi hiperalimentasi IV
|
1.
Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
2. Klien
tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti
cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
3.
Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan
laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut
4.
Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil
5.
Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektroli
|
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan
kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji
tingkat kecemasan
2. Berikan
dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua
keluhannya
3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
4. Berikan dorongan spiritual
|
1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien
sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya
2. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam
segala hal tundakan yang diberikan
3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama
dalam perawatannya.
4. Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan
penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.
|
5.
Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan
apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,
direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung
respon dalam keefektifan intervensi
DATAR
PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem pencernaan, edisi pertama, Jakarta,
Salemba Medika.
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran,
edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam,
jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan,
edisi 3 Jakarta, EGC
Price & Wilson, 1994, Patofisiologi,
edisi 4, Jakarta, EGC
Warpadji Sarwono, et al, 1996, Ilmu penyakit dalam,
Jakarta, FKUI
ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA
I. PENGKAJIAN
- A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn. H
Jenis
kelamin
: Laki-laki
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Jl. Veteran
Pekerjaan
: Swasta
Status
perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Tanggal masuk
RS
: 22 Agustus 2010
Tanggal
Pengkajian
: 23 Agustus 2010
Diagnosa
Medis
: Dispepsia
No.
RM
: 17 19 71
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama
: Tn. M
Jenis
kelamin
: Laki-laki
Umur
: 38 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl. Sungai lulut
Hubungan dengan klien : kaka klien
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 23 Agustus 2010, klien
mengeluh nyeri pada abdomen atas dan merasa mual.
2. Riwayat Kesehatan/ penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelum kien masuk rumah
sakit pada tanggal 22 Agustus 2010 klien sedang berpusa, kemudian ketika klien
berbuka puasa dengan minum penyegar berupa Adam sari (cairan yang asam), klien
tidak ada makan dan merasa nyeri pada abdomen, kemudian klien minum obat puyer
dan nyerinya bertambah dan rasanya sangat hebat, lalu klien langsung dibawa ke
Rumah Sakit Islam Banjarmasin diruang Al Biruni Al Kindi pada tanggal 22
Agustus 2010.
3. Riwayat Kesehatan/ penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya juga
pernah mengalami nyeri pada abdomennya, namun tidak terlalu lama dan tidak
sampai dibawa ke Rumah Sakit.
4.Riwayat Kesehatan/ penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan ibu klien juga pernah
mengalami hal seperti apa yang dirasakan klien, tapi tidak sampai masuk Rumah
Sakit dan tidak separah klien.
C. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum
Kilen tampak lemah dan terbaring ditenpat tidur,
tingkat kesadran klien Composmentis dengan GCS 4, 5, 6.
Ket : 4 (Respon membuka mata spomtan)
5 (Respon verbal orientasi baik)
6 (Respon motorik mengikuti perintah)
Hail TTV klien :
TD : 110/ 60 mmHg
N : 100 x/menit
R : 20 x/menit
S : 38°C
Data Antropmetrik
BB : 50 kg
TB : 165 cm
LLA : 23 cm
BBI : 58.5 kg
2. Kulit
ur kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit
teraba agak lembab, tidak terdapat lesi atau luka pada kulit, turor kulit
kembali ± 2 detik, kulit teraba hagat dengan suhu 38°C, warna kulit kuning
langasat.
3. Kepala dan Leher
Tekstur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan
kulit kepala baik tidak terapat ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut
hitam, tidak ada benjolan pada kepala, pada leher tidak ada pembeasran kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe, leher dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri.
4. Penglihatan dan Mata
Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik
(tidak ada secret yang menempel paa mata), konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, tidak ada kelainan pada mata seperti strabismus (juling), mata
dapat digerakan kesegala arah, tidak ada kelainan dalam penglihatan, kilen
tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata
5. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung tampak simetris, kebersiahn hidnubg
baik, tidak ada secret didalam hidung, tidak ada peradangan, perdarahan,
dan nyeri, fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau minyk kayu putih
denga alkohol)
6. Pendengaran dan Telinga
Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan
telinga baik, tidak ada serumyang keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan
nyeri, klien mengtakan telinganya tidak berdengun, fungsi pendengaran
baik(kilen dapat menjawab pertanyaan dengan bai tanpa harus mengulang
pertanyaan), klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Mulut dan Gigi
Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir
tampak kering, kebersihan mulut dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan
dan perdarahan pada gusi, lidah tapak bersih dan klien tidak meggunakan gigi
palsu.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak
ada nyeri tekan pada dada, klien bernafas melalui hidung, tidak ada terdengar
bunyi nafas tambahan seperti wheezing atau ronchi, CRT kembali ± 3 detik.
9. Abdomen
Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak
ada benjolan), saat diperkusi terdenagr bunyi hipertimpani.Klien mengatakan
perutnya terasa kembung, saat dipalpasi terdapat nyeri tekan, klien mengatakan
nyeri didaerah abdomen pada bagin atas. Klien mengatakn skala nyerinya 3 dan
seperi disuk-tusuk, serta nyerinya bisa berjam-jam.
10. Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki dan klien tida ada
keluhan atau gangguanpada sistem reproduksi.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Struktur ekstermitas atas dan bawah (kiri dan kanan)
simetris, tidak ada kelainan bentuk, pada tangan kanan terpasang infis RL 20
ttpm, klien tampak lemah, skala kekuatan otot
Ket :
0 : Parlisis total
1 : Tidak ada
gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 : Gerakan otot penuh
menantang gravitasi dengan sokongan
3 : Gerakan normal penuh
menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
4 : Gerakan noramal
penuh memntang gravitasi dengan sediikt tahanan
5 : Gerakan normal penuh
mentang gravitasi dengan tahanan.
Skala aktivitas 2
Ket :
0
: Ketidaktergantungan secara keseluruhan
1
: Membutuhkan penggunaan alat bantu
2
: Membutuhka bantuan minimal
3
: Membutuhkan bantuan atau beberapa pengawasan
4
: Membutuhkan pengawasan total
5
: membutuhka bantuan total
D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
- Aktivitas dan Istirahat
Dirumah
: klien mengatakan sebelum sakit melakukan aktivitas sehari-hari yaitu sebagai
sopir. Klie mengatakan tidur siang dan tidur malamnya ± 8 jam. Saat klien tidur
siang ± 2 jam dan tidur malamnya ± 9 jam.
Di
RS
: Kien tampakm lemah dan hanya berbaring ditempat tidur. Klien mengatakan
tidurnya sangat jarang dan hany dapat tidur ± 1 jam kadang-kadang, serta
tidurnya tidak puas.
2. Personal Hygiene
Di
rumah : Klien mengatakan
mandinya 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan memotong kuku apabila panjang.
Di
RS
: Klien mengatakan tidak menggosok gigi tapi hanya berkumur-kumur saja
dan klien hanya diseka oleh isterinya di pagi hari.
3. Nutrisi
Dirumah : Klien
mengatkan makan 2x sehari karena sedang bulan puasa dan klien mengatakan
minumnya 6-7 gelas sehari
Di
RS : Klien megatakn
maknnya sangat jarang dan tidak nafsu, klien hanya dapat makan ± 5 sendok makn,
klien mengatakan merasa mual dan minum jarang ± 5-6 gelas sehari.
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
Dirumah : Klien mengatakan
BAB lancar dan BAK tidak menentu, feses klien padat dan lembek.
Di
RS : klien
mengatakan tidak ada BAB dan BAK hanya 1 kali,
6. Seksulitas
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak.
7. Psikososial
Psikologi klien tampak ramah dan sopan, hubungan klien
dengan keluarga, perawat, dokter dan tim medis lainnya baik
8. Spiritual
Klien beragama Islam dan klien selalu berdoa untuk
kesembuhannya.
E. DATA FOKUS
a. Data Subjektif
- Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)
- Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan
- Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
- Klien mengatakan nyerinya bisa berjam-jam
- Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan hanya menghabiskan 5 sendok makan
- Klien mengatakan mual
- Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri
- Klien mengatkan skala nyerinya 3
b. Data Objektif
Inspeksi :
- Klien tampak meringis kesakitan
- Skala nyeri 3 (berat)
- Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
- Mukosa bibir klien tampak kering
- Skala aktivitas 2
Auskultasi :
- TD : 110/60 mmHg
Perkusi :
- Abdomen terdengar hipertimpani
Palpasi :
- Kulit klien teraba hangat dngan suhu 38°C
- Nadi : 100x / menit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil Laboratorium
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
|
GDS
Test faal hati
SGOP
SGPT
Test faal ginjal
Creatinina
Blood urea
|
115.8
31.5
28.7
0.6
16.6
|
Up to 120
L Up to 37, P Up to
Up to 37
1.1-0.6
10-50
|
Mg/dl
m/l
m/l
|
Coba
|
Result
|
Normal
|
|
WBC
LYM
MID
GRA
LY%
MI%
GR%
|
17.2
0.59
0.30
16.4
3.4
1.8
94.8
|
10ˆ3 / ml
10ˆ3 / ml
10ˆ3 / ml
10ˆ3 / ml
%
%
%
|
|
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDWc
|
4.79
13.9
43.9
92
29
31.6
17.3
|
10ˆ6 / ml
g/ dl
%
fl
pg
g/ dl
%
|
|
PLT
PCT
MPV
PDWc
|
296
0.27
9
35.3
|
10ˆ3 / ml
%
fl
%
|
G.
TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)
- Inj. Invomit 8 mg 3x 1 amp
- Inj. GASTRIDIN 2×1 amp
- Inj. Lantipain 30 mg (now)
- Inj Gastridin 1 amp (now)
- Infus RL 20 tetes/menit
II. ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1.
|
DS :
DO:
|
Nyeri akut
|
Iritasi pada mukosa lambung
|
2.
|
DS :
DO :
BB : 50 kg
TB : 165 cm
LLA : 23 cm
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
Anoreksia
|
3.
|
DS :
DO :
|
Intoleransi aktivitas
|
Tirah baring/ imobilisasi
|
Prioritas Masalah:
- Nyeri akut berhubungan dengan iritsi pada mukosa lambung.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tirah baring/ imobilisasi.
III. PERENCANAAN
NO
|
HARI/
TANGGAL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
PERENCANAAN
|
||
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|||
1.
|
Senin,
23 Agustus
2010
|
Nyeri b.d Iritasi pada mukosa lambung ditandai
dengan
|
Nyeri akut teratasi selama 3 hari perawatan dengan
kriteria evaluasi :
|
|
|
2.
|
Senin,
23 Agustus
2010
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d Anoreksia ditandai dengan
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi selama 3 hari perawatan dengan kriteria evaluasi :
|
|
|
3
|
Senin,
23 Agustus
2010
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tirah
baring/ imobilisasi ditandai dengan
|
Intoleransi aktivitas teratasi selama 3 hari
perawatan dengan kriteria evaluasi :
|
|
IV. IMPLEMENTASI
NO
|
HARI/
TANGGAL
|
PUKUL
|
NO.
DX
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
TINDAKAN
|
PARAF
|
1.
|
Senin,
23 Agustus
2010
|
08.30
09.15
09.00
|
I
|
|
TD : 110/ 60 mmHg
N : 100 x/menit
R : 20 x/menit
S : 38°C
|
|
2.
|
Senin,
23 Agustus
2010
|
08.30
08.30
08.30
|
II
|
|
|
|
3.
|
Senin,
23 Agustus
2010
|
09.00
09.01
|
III
|
|
|
V. EVALUASI
NO
|
HARI/
TANGGAL
|
PUKUL
|
NO.
DX
|
Evaluasi hasil
|
PARAF
|
1.
|
Senin,
23 Agustus
2010
|
09.00
|
I
|
S : klien mengatakan nyeri pada abdomen dan nyerinya
seperti ditusuk-tusuk selama berjam-jam.
O : klien tampak meringis kesakitan.
A : maslah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
|
|
08.15
|
II
|
S : klien mengatakan hanya dapat menghabiskan 5
sendok makan
O : Mukosa bibir klien tampak kering dan
abdomen terdengar hipertimpani
A: masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
|
|||
08.45
|
III
|
S : klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas
O: klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
A: masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar